Pengawasan ini penting untuk menjaga stabilitas di wilayah perairan Indonesia. Dengan dukungan teknologi ini, Indonesia mampu memperkuat pengawasan di Selat Malaka dan Laut Natuna.
Selain modernisasi alutsista dan pelatihan, kerjasama juga mencakup pendidikan militer. Banyak perwira TNI dikirim ke Amerika Serikat untuk menempuh pendidikan di lembaga militer terkemuka.
Program pendidikan ini bertujuan membangun kapasitas kepemimpinan dan strategi pertahanan TNI. Hal ini juga memperkuat hubungan personal antara militer kedua negara.
Kerjasama juga dilakukan dalam bentuk bantuan kemanusiaan. Misalnya, ketika tsunami melanda Aceh pada 2004, Amerika Serikat mengirimkan bantuan militer besar-besaran.
Operasi ini memperlihatkan aspek non-konvensional dari hubungan pertahanan. Militer Amerika Serikat membantu Indonesia dalam misi-misi tanggap bencana dan kemanusiaan.
Melalui berbagai bentuk kerjasama ini, Indonesia-AS memperkuat hubungan strategis di bidang pertahanan. Kerjasama ini memperlihatkan pendekatan saling menguntungkan bagi kedua negara.
Meski membawa banyak manfaat, kerjasama ini tidak lepas dari tantangan. Salah satunya adalah persepsi publik terhadap keterlibatan Amerika Serikat di Indonesia.
Sebagian masyarakat menganggap kerjasama ini dapat mengurangi kedaulatan Indonesia. Kekhawatiran ini terutama muncul dalam isu keterlibatan militer asing di wilayah strategis.
Tantangan lain adalah perbedaan kepentingan strategis kedua negara. Amerika Serikat memiliki agenda geopolitik di kawasan Asia-Pasifik, yang terkadang tidak sejalan dengan prioritas Indonesia.