“aku tidak bisa meninggalkan wanita yang sedang bersedih sendirian” jawab dean sambil duduk di jendela kamar shita
“wajahku ini sangat jelek bukan saat menangis??” ujar shita pada dean lagi, yuta terdiam merasa aneh pada adiknya karna ia seakan-akan sedang bicara dengan orang selain dirinya namun ia tak mendapati ada orang lain di kamar adiknya
Dean menyadari keberadaan yuta yang mulai curiga karna bicara dengannya yang tidak terlihat
“dia tampan... kau beruntung mempunyai kakak yang menyayangimu”
Shita mengedarkan pandangannya mencari sosok yang dimaksud “dia” oleh dean dan ia mendapati sosok ka yuta bediri di belakangnya
“sejak kapan kau berada disitu?” shita langsung menghapus airmata yang masih tersisa di wajahnya. Yuta melirik sejenak ke arah jendela lalu kembali menatap adiknya
“apa sesuatu terjadi hari ini?” tanya pria tampan berkemeja putih itu
“tidak... aku hanya merasa lelah saja, ada yang ingin kau sampaikan??”
“ikutlah bersamaku ke jepang dan aku akan membantu menata masa depan cerahmu disana” shita tertunduk mendengar kata-kata kakanya lalu ia tertawa kecil
“aku tidak pandai bahasa jepang karna sudah lama tidak tinggal di sana, dengan begitu aku akan hidup susah disana. Biaya hidup disanapun cukup mahal...”
“kau pikir kau hidup sebatangkara? Kau masih punya aku... aku akan bekerja di perusahaan nenek dan membantumu untuk masuk perusahaan itu juga setelah lulus kuliah. Itu akan lebih membuatku tenang”