Mohon tunggu...
Wahyu Barata
Wahyu Barata Mohon Tunggu... Penulis - Marketing Perbankan

Wahyu Barata.Lahir di Garut 21 Oktober 1973. Menulis puisi, cerita pendek,dan artikel. Tulisan-tulisannya pernah dimuat di Sari Kata, majalah Aksara , Media Bersama, Kompas, Harian On Line Kabar Indonesia, beberapa antologi bersama, dan lain-lain.Kini bekerja sebagai marketing perbankan tinggal di Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Menikung (9)

14 Maret 2022   17:18 Diperbarui: 14 Maret 2022   17:24 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kita dulu pernah berunding Kus." kata Pepen. "Masih ingat? Kalau nggak salah mah merundingkan meraih cita-cita. Arau apa atuh namanya, biar nggak terlalu keren kedengarannya. Bukan cita-cita mungkin, tapi ini mah cuma menerawang. Benar, semua juga bicaranya masih berdasarkan terawangan. Tak seorang pun yang berpengalaman. Tapi karena belum ada pengalaman semangatnya juga hebat sekali. Mau nggak dibilang hebst gimana. Kus juga sampai beringas kan?"

Kusnadi mendongak. Awalnya obrolan di rumah Pepen. Terus di rumahnya Mira. Hanya di tempat tinggal Kusnadi saja tidak pernah ada pertemuan. Sebab tidak ada yang akan menjamu.

"Sekarang dipikirin lagi." kata Pepen tampak mengingat-ingat masa-masa ke belakang. "Kita semua orang tersesat. Mira dari ekonomi, Engkus dari sospol, aku belajar elektro. Ceritanya, ingin punya koran! Kata siapa bukan orang yang linglung?

Tetapi ternyata terbukti, pada gagasan tidak terlalu menyimpang. Malah Kus bilang bagus segala. Ada ahli ekonominya, ada ahli politiknya, malah tukang bengkelnya tidak akan gagal. Terbilang regu yang terpilih.

Buktinya gimana? Kus, gimana buktinya?" bicaranya sambil pelan sambil menatap wajah Kusnadi.

"Kita semua ahli. Tapi menikung. Kita semua besar kemauan. Tapi menikung lagi. Makanya ya wajar saja, kalau akhirnya jadi begini."

Pepen melangkah ke rak buku. Mengambil catatan.

"Banyak yang ditulis di sini teh Kus. ujarnya sambil membuka-buka. "Coba di antaranya saja : Menemui Kang Zul, sebab dia berpengalaman di koran, sama kuliahnya di publisistik lagi. Dia sangat bersemangat waktu diajak. Yang duluan ditanyain, dari mana modalnya?" catatannya ditutupkan lagi. Dilempar ke meja.

"Aku bilang waktu itu, kan Kus ada yang menyanggupi. Optimis sekali! Optimis sekali. Gagasan banyak, modal ada yang nawarin. Apa lagi? Kan rasanya dunia ini milik kita!"

"Pepen juga kan yang menemui Oom Jaya."

"Iya. Sama Mira. Kan Mira yang sudah kenal lebih dulu. Nggak susah lagi cerita-ceritanya. Ujug-ujug percaya. Kita percaya ke dia. Dia kayaknya ya begitu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun