”Umur cuma sekadar angka, Ma.”
”Dasar lelaki boyot. Umur kok angka, umur itu tanda. Tanda kamu itu tua, kamu itu punya tanggung jawab, kamu itu…bisa mati kapan aja. Kalau angka itu kuitansi di bengkel nanti. Dasar!”
”Pa, boleh aku keluar? Pengen tahu.” Suara sepuluh tahunan mengiba.
”Mama ini memang sebaiknya dulu nerusin bakatnya di teater. Hidup kok didramatisir terus,” suami itu seperti senyum, tapi tak berani mengejek.
”Apa katamu? Kamu yang melarang aku! Kamu yang melarang! Bukan aku yang membuat hidup kita dramatis. Justru kamu! Pikirlah sedikit. Pikirlah!!”
Suara pintu mobil terdengar terbuka.
”Dik, jangan!” Suara lima belas tahunan terkejut coba mencegah.
Anak kecil sepuluh tahunan sudah berlari ke lokasi kejadian.
”Prama!! Gila anak itu!” Suami bergegas buka pintu dan mengejar anaknya.
”Itulah produk papanya. Sama-sama gila.”
Nyonya masih membenahi gelung rambutnya. Menyemprot sedikit spray.