"Pak, Bu, aku mendapat ancaman," kata Ardana saat menelepon orang tuanya.
"Kamu harus pulang, Nak! Jangan ambil risiko seperti ini," seru Ratna dengan nada panik.
"Bu, aku tidak bisa meninggalkan mereka. Anak-anak ini butuh aku," Ardana menjawab dengan suara tegas.
Setelah mematikan ponselnya, Ardana pergi kekamar mandi dan meninggalkan ponselnya dimeja. Saat kembali Ardana sadar bahwa ponselnya dicuri, ketika ponsel Ardana dicuri, ia merasa seperti kehilangan senjata utamanya. Semua bukti yang ia kumpulkan menghilang begitu saja. Namun, Ardana tak mau menyerah. Dengan hati bergejolak, ia bergegas menemui Pak Sembara dan beberapa warga desa,Â
"Pak bagaimana ini, kita tidak bisa berhenti di sini, Pak," ucap Ardana penuh tekad yang kuat.
"Tapi mereka yang kamu hadapi bukan orang biasa, Nak. Mereka punya kuasa. Kita harus hati-hati dengan mereka," jawab Pak Sembara, nadanya penuh kekhawatiran.
Ardana kemudian mengajak beberapa warga yang berani untuk menjadi saksi. Ia mulai menyusun ulang kronologi kejadian, meminta mereka menceritakan pengalaman selama bertahun-tahun tanpa bantuan dana pembangunan. Ia juga menghubungi seorang temannya, Damar, seorang wartawan lokal yang dikenal vokal melawan korupsi.
Damar, yang semula meragukan, tergerak melihat kondisi nyata desa Tarengga. "Ini gila, Ardana. Tapi aku akan bantu. Kita sebarkan cerita ini, meskipun risikonya besar," ujarnya.
Beberapa hari kemudian, tulisan Damar tentang desa Tarengga tayang di salah satu media online. Dalam hitungan jam, berita itu viral. Foto-foto kondisi sekolah, cerita anak-anak yang belajar di bawah atap bocor, dan pengakuan warga membuat publik marah. Tekanan sosial pun mulai memuncak, hingga pemerintah daerah turun tangan untuk memeriksa kasus ini.
Namun, aksi ini juga memicu kemarahan pihak yang merasa terancam. Malam itu, saat Ardana tengah mengajar malam di balai desa yang gelap gulita, ia mendengar suara langkah kaki mendekat. Beberapa pria tak dikenal muncul, membawa wajah garang.
"Kamu pikir kamu pahlawan, hah? Berhenti campuri urusan kami!" bentak salah satu pria berkumis tebal.