Mohon tunggu...
Khoirun Alifiyah
Khoirun Alifiyah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Siswi SMAN 3 KOTA MOJOKERTO, Khoirun Alifiyah kelas XI-2 yang hobi menggambar dan mendengarkan musik.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Harapan yang Lahir Dipelosok

25 November 2024   07:15 Diperbarui: 25 November 2024   08:29 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Selamat datang, Nak Ardana. Kami sangat berterima kasih kamu mau datang ke sini," katanya dengan senyuman lelah namun tulus.

Bangunan sekolah di depan mata Ardana membuat hatinya perih. Dinding kayu mulai lapuk, atapnya berlubang, dan meja belajar nyaris ambruk. Anak-anak kecil berlarian dengan pakaian lusuh, menatapnya penuh rasa ingin tahu.

"Pak Guru baru, ya?" tanya seorang anak laki-laki berambut ikal.

"Iya, betul. Nama saya Ardana. Kamu siapa?" Ardana berusaha tersenyum, meski rasa terkejutnya belum reda.

"Saya Aditya," jawab bocah itu sambil tersipu.

Hari-hari pertama mengajar tidak berjalan mudah. Ardana duduk terdiam mencoba mengatasi salah satu tantangan yang terlintas dipikirannya sebelumnya. Anak-anak yang tidak datang ke sekolah, mereka membantu orang tuanya untuk bekerja. Selain itu, sekolah ini memiliki kelas yang hampir roboh, atap yang berlubang dan buku yang hampir tidak ada.Setelah berpikir sejenak, Ardana mendapatkan ide. Dia segera mengambil ponselnya dan mulai mengambil gambar sekolahnya beserta aktivitas murid-murid di sana.

Setelah mengambil gambar dan mengunggahnya dimedia sosial, Ardana berjalan keruang kepala sekolah dan berniat merapikan berkas-berkas dokumen lama, saat mencoba membuka laci Ardana heran kenapa tidak bisa dibuka, lalu ia mencari kuncinya disekitar dan membukanya, saat dibuka ia terkejut melihat beberapa dokumen rapi yang belum tersentuh. Ia mengambilnya lalu membacanya, ia terkejut saat mendapati bahwa desa ini pernah menerima dana besar untuk pembangunan sekolah, tetapi uang itu tidak pernah sampai.

Ia segera mendatangi Pak Sembara. "Pak, ini apa? Kenapa dana sebesar ini tidak pernah digunakan?"

Pak Sembara menunduk. "Nak Ardana, kami ini hanya orang kecil. Dana itu dibawa kabur oleh oknum tertentu. Kami tidak punya kekuatan untuk melawan."

Jawaban itu membakar semangat Ardana. Ia mulai mengumpulkan bukti, mengambil kondisi sekolah dan mencatat cerita warga. Namun, tindakannya menarik perhatian pihak yang tidak senang.

Malam itu, rumah tempat Ardana menginap dilempari batu. Pesan ancaman mulai masuk ke ponselnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun