Mohon tunggu...
khoirulramaditya
khoirulramaditya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Politik

Otoritarianisme vs Demokrasi : Siapa yang Memimpin Menuju Masa Depan Lebih Cerah?

30 November 2024   16:22 Diperbarui: 30 November 2024   16:22 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemilihan presiden di Amerika Serikat menggunakan sistem unik bernama Electoral 

College atau kolese elektoral, yang berbeda dari kebanyakan negara, termasuk Indonesia. Dalam 

sistem ini, pemenang tidak selalu kandidat yang memperoleh suara terbanyak secara nasional 

(popular vote), melainkan ditentukan oleh jumlah suara elektoral yang diraih. Setiap negara bagian 

memiliki jumlah suara elektoral tertentu yang ditentukan berdasarkan populasi dan jumlah 

perwakilan mereka di Kongres (DPR dan Senat), dengan total 538 suara elektoral secara nasional. 

Untuk memenangkan pemilu, seorang kandidat harus mendapatkan minimal 270 suara elektoral. 

Sebagian besar negara bagian menggunakan sistem winner-takes-all, di mana kandidat yang 

meraih suara terbanyak di suatu negara bagian akan mendapatkan seluruh suara elektoral negara 

bagian tersebut, tanpa memperhitungkan selisih suara. 

Contohnya, pada pemilu 2016, Donald Trump menjadi presiden meskipun Hillary Clinton 

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun