Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah_Sor_Pring]. REDAKTUR penerbit buku ber-ISBN dan mitra jurnal ilmiah terakreditasi SINTA: Media Didaktik Indonesia [MDI]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Malam di Balik Asa

18 Desember 2024   18:31 Diperbarui: 18 Desember 2024   18:31 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keesokan harinya, Balai Kota tampak seperti benteng yang tak tertembus. Polisi berjaga di depan pintu, wajah mereka dingin tanpa ekspresi. Arif memimpin langkah dengan percaya diri. Lian mengikutinya, tangannya menggenggam erat map berisi petisi.

"Kami ingin bertemu dengan pejabat yang berwenang," kata Arif lantang kepada seorang petugas.

"Ada janji?" tanya petugas itu tanpa minat.

"Tidak, tapi kami punya hak untuk menyampaikan suara kami!"

Petugas itu hanya menggeleng. "Tidak ada janji, tidak ada pertemuan. Silakan pulang."

"Kami nggak akan pergi sampai ada yang mau mendengarkan kami!" seru Arif, suaranya menggema di lorong marmer Balai Kota.

Lian merasakan ketegangan yang merambat di udara. Para polisi mulai bergerak mendekat. Namun, sebelum mereka sempat bertindak, seorang pria dengan jas mahal dan dasi yang tampak seperti simbol kekuasaan muncul dari balik pintu besar.

"Ada apa ini?" tanyanya, suaranya rendah tapi penuh wibawa.

Arif melangkah maju. "Kami hanya ingin menyerahkan petisi ini, Pak. Kami hanya ingin keadilan bagi komunitas kami."

Pria itu mengambil map dari tangan Arif. Ia membacanya dengan alis yang sedikit terangkat. "Kalian tahu ini tidak mudah, bukan? Tidak semua orang bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan."

"Kami tidak minta lebih, Pak," kata Lian, suaranya gemetar tapi tegas. "Kami hanya ingin hak kami dihormati, seperti warga negara lain."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun