Dengan tangan gemetar, Lian mengambil map petisi yang pernah mereka buat bersama. Ia berdiri tegak di tengah kerumunan yang sunyi, suara hatinya menggema seperti genderang perang.
Dalam hati, ia bersumpah untuk melanjutkan perjuangan Arif, meskipun dunia tampak seperti neraka yang tak pernah mengenal keadilan.
Karena Arif benar; mereka tidak pernah sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H