*"Nita,
Aku tidak pantas untukmu, seperti aku tidak pantas untuk siapa pun. Tapi kamu mengajariku bahwa kebahagiaan adalah sesuatu yang harus kita ciptakan, meski sering kali rasanya terlambat. Ini bukan salahmu, ini hanya caraku menyelesaikan sesuatu yang tak pernah kutahu bagaimana memperbaikinya.
Terima kasih untuk senyummu. Itu adalah satu-satunya cahaya yang pernah kumiliki di akhir hidupku."*
Air mata Nita jatuh, menodai surat itu. Dan untuk pertama kalinya, ia merasa benar-benar mengerti betapa dalam luka yang disembunyikan Suryo di balik senyumnya yang lelah.
Di sisi lain kota, Bu Tami berdiri di depan jendela rumah barunya. Ia melihat matahari terbenam dengan warna yang begitu indah, tetapi entah mengapa, perasaan hampa menyelimuti dadanya.
Dan di antara langit yang berubah gelap, ia berbisik lirih, "Suryo, apakah akhirnya kamu menemukan kedamaianmu?"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H