Suryo menyusuri jalanan kota yang mulai gelap. Angin malam meniupkan dingin yang menembus tulang. Di tangannya, ada sebuah amplop lain---amplop terakhir yang ingin ia kirimkan kepada seseorang yang selama ini menjadi alasan kecil untuk ia bertahan.
Ia berhenti di depan sebuah toko bunga, membeli mawar putih. Lalu, ia melangkah menuju sebuah apartemen sederhana di pinggir kota.
Ketika pintu apartemen itu terbuka, seorang perempuan muda berdiri di sana. Wajahnya cerah, meski matanya menyimpan sedikit tanda tanya.
"Suryo?" tanyanya.
"Ini untukmu, Nita," katanya sambil menyerahkan amplop itu bersama bunga.
Nita mengerutkan kening, bingung. "Apa ini?"
"Baca saja nanti," ujar Suryo. "Terima kasih... karena kamu pernah membuatku merasa hidup, meskipun hanya sebentar."
Nita mencoba bertanya lebih jauh, tapi Suryo sudah berbalik dan melangkah pergi, meninggalkan jejak langkah yang samar di atas trotoar basah.
Dua hari kemudian, berita itu tersebar luas.
"SEORANG PRIA MELONCAT DARI GEDUNG TINGGI DI PUSAT KOTA."
Nita membaca berita itu dengan tangan gemetar. Ia membuka amplop yang diberikan Suryo, menemukan sebuah surat dan beberapa foto.