Setelah pernikahan, kehidupan kami semakin harmonis. Kami saling mendukung dalam segala aspek kehidupan. Bisnis keripik pisang cokelat yang kami jalankan bersama juga semakin berkembang. Raka pun semakin sukses dalam kariernya sebagai arsitek. Kami merasa sangat beruntung memiliki satu sama lain. Suatu sore, saat sedang bersantai di rumah, Raka tiba-tiba menggenggam tangan saya dengan erat. Tatapannya tertuju pada sesuatu dengan ekspresi yang sulit dijelaskan.
Raka : Icha, ada sesuatu yang ingin aku ceritakan padamu. Sebenarnya, aku bukan arsitek. Aku adalah seorang detektif swasta.Â
Icha : Jadi, semua kebaikan yang kamu lakukan selama ini, hanya pura-pura?Â
Raka: Tidak, Icha! Aku memang ditugaskan untuk menyelidiki kasus, tapi perasaanku padamu tulus. Aku benar-benar mencintaimu. Icha : Tapi, kenapa kamu tidak mengatakan yang sebenarnya padaku?Â
Raka : Aku takut, jika aku mengatakan yang sebenarnya, kamu tidak akan mau menerimaku. Aku takut kamu akan menganggapku hanya memanfaatkanmu.Â
Raka : Aku mohon maaf, Icha. Aku tidak bermaksud menyakitimu Â
Aku menatap Raka dengan memecahnya di dalam. Air mataku menetes. Aku menarik napas dalam-dalam dan mencoba menenangkan diri. Aku tersenyum tipis dan berkataÂ
Icha : Tidak apa-apa, Raka. Aku mengerti.Â
Raka : Jadi, kamu memaafkanku?Â
Icha : Ya, Raka. Aku memaafkanmu. Tapi, jangan pernah berbohong lagiÂ
Raka : Aku janji, Icha. Aku tidak akan pernah berbohong lagi padamu.