Filsafat pendidikan Pancasila mengutamakan keseimbangan antara pembelajaran akademik dan pembentukan karakter sosial, di mana keduanya saling mendukung. Namun, dalam Kurikulum Merdeka, ada kecenderungan untuk lebih menekankan pada keterampilan akademik dan teknis yang langsung berkaitan dengan dunia kerja dan perkembangan zaman. Sementara itu, pengembangan karakter sosial seperti etika, empati, dan rasa kebangsaan yang menjadi bagian dari Pancasila, tidak selalu menjadi fokus utama dalam setiap proses pembelajaran. Pembelajaran yang terlalu berorientasi pada hasil dan keterampilan praktis bisa membuat nilai-nilai sosial dan moral terpinggirkan.
Kurangnya Pengawasan dan Evaluasi terhadap Penerapan Nilai Pancasila
Penerapan filsafat pendidikan Pancasila memerlukan pengawasan yang intensif dan evaluasi yang terus-menerus. Dalam Kurikulum Merdeka, meskipun terdapat kebebasan bagi sekolah untuk merancang dan mengimplementasikan pembelajaran sesuai kebutuhan lokal, tidak ada mekanisme yang cukup kuat untuk memastikan bahwa nilai-nilai Pancasila diterapkan dengan konsisten di seluruh sekolah. Tanpa pengawasan yang memadai, kemungkinan nilai-nilai tersebut tidak diajarkan secara terstruktur dan mendalam, sehingga dapat mengurangi efektivitas penerapannya.
3. Kurikulum Merdeka: Penyesuaian Filsafat Pendidikan Pancasila
Untuk mengatasi kelemahan dalam mengimplementasikan filsafat pendidikan Pancasila dalam Kurikulum Merdeka, perlu ada langkah-langkah strategis yang dapat memperkuat integrasi nilai-nilai Pancasila dalam setiap aspek pendidikan. Berikut adalah beberapa solusi yang dapat dipertimbangkan:
Penguatan Pembelajaran Pendidikan Karakter Pancasila
Salah satu solusi utama adalah dengan memasukkan pembelajaran karakter yang berbasis pada nilai-nilai Pancasila ke dalam kurikulum secara lebih terstruktur. Setiap sekolah dapat mengintegrasikan nilai-nilai seperti gotong royong, toleransi, keadilan sosial, dan kemanusiaan dalam setiap mata pelajaran, baik dalam pembelajaran formal maupun non-formal. Hal ini bisa dilakukan dengan menyusun modul atau program khusus yang berfokus pada pembentukan karakter berdasarkan Pancasila. Selain itu, guru dapat diberikan pelatihan lebih lanjut mengenai cara mengajarkan nilai-nilai Pancasila secara efektif dalam konteks pembelajaran yang lebih dinamis dan aplikatif.
Menerapkan Pendidikan Berbasis Proyek yang Memperkuat Nilai Pancasila
Kurikulum Merdeka menekankan pada pembelajaran berbasis proyek yang memungkinkan siswa untuk belajar dengan cara yang lebih praktis dan kontekstual. Untuk mengoptimalkan penerapan filsafat pendidikan Pancasila, proyek-proyek ini bisa dirancang dengan mengangkat isu-isu sosial yang relevan dengan nilai-nilai Pancasila, seperti proyek yang mendorong siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan gotong royong, pengabdian masyarakat, atau diskusi mengenai keadilan sosial. Melalui proyek-proyek ini, siswa tidak hanya mengembangkan keterampilan akademik, tetapi juga memahami dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Penguatan Peran Guru sebagai Teladan dalam Penerapan Nilai Pancasila
Guru memiliki peran sentral dalam mengimplementasikan filsafat pendidikan Pancasila. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk tidak hanya mengajar materi akademik, tetapi juga menjadi teladan dalam mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Untuk itu, guru perlu diberi pelatihan dan pembekalan yang lebih mendalam tentang bagaimana mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila dalam interaksi sehari-hari di kelas, serta bagaimana membimbing siswa untuk memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan mereka. Pelatihan ini harus mencakup tidak hanya aspek teori, tetapi juga contoh praktik yang dapat diterapkan di kelas.