Kelemahan kurikulum merdeka ditinjau dari filafat pendidikan Pancasila
Walaupun kurikulum merdeka menawarkan kebebasan dalam pendekatan pembelajaran dan penekanan pada pengembangan kompetensi abad 21, namun masih memiliki sejumlah kelemahan dalam menerapkan filsafat pendidikan Pancasila. Filsafat pendidikan Pancasila mengutamakan pembentukan karakter yang berlandaskan pada nilai-nilai kebangsaan, moralitas, keadilan sosial, dan kemanusiaan yang adil dan beradab. Berikut adalah beberapa kelemahan yang dapat ditemui dalam upaya penerapan filsafat pendidikan Pancasila dalam Kurikulum Merdeka:
Kurangnya Penekanan pada Pendidikan Karakter Secara Konsisten
Salah satu tujuan utama dari filsafat pendidikan Pancasila adalah membentuk karakter yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, seperti toleransi, gotong royong, dan cinta tanah air. Namun, dalam praktik Kurikulum Merdeka, fokus utama lebih cenderung pada pengembangan kompetensi teknis dan keterampilan abad 21. Meskipun kurikulum ini memberikan ruang bagi siswa untuk memilih mata pelajaran sesuai minat, aspek pembentukan karakter melalui nilai-nilai Pancasila tidak selalu mendapatkan penekanan yang cukup. Hal ini berisiko membuat pendidikan lebih terfokus pada keterampilan praktis dan akademis, sementara nilai-nilai moral dan etika yang terkandung dalam Pancasila bisa terabaikan.
Penerapan Nilai-Nilai Pancasila yang Kurang Terstruktur
Filsafat pendidikan Pancasila menghendaki integrasi nilai-nilai Pancasila dalam setiap aspek kehidupan pendidikan. Namun, dalam implementasi Kurikulum Merdeka, belum ada panduan atau struktur yang jelas untuk memasukkan nilai-nilai tersebut secara sistematis dalam setiap pembelajaran. Meskipun ada upaya untuk menanamkan nilai-nilai tersebut melalui pendekatan berbasis proyek atau tugas-tugas yang mendorong pengembangan karakter, sering kali nilai-nilai ini tidak secara eksplisit dijadikan bagian utama dari tujuan pembelajaran, yang menyebabkan kurangnya konsistensi dalam penerapannya.
Kesenjangan dalam Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila
Salah satu tantangan terbesar dalam menerapkan filsafat pendidikan Pancasila adalah kesenjangan dalam pemahaman dan interpretasi nilai-nilai tersebut antara satu daerah dengan daerah lainnya, atau antara sekolah-sekolah yang memiliki berbagai kondisi sosial dan budaya. Kurikulum Merdeka memberikan otonomi lebih kepada sekolah dalam merancang pembelajaran, namun hal ini juga dapat menyebabkan variasi dalam penerapan nilai-nilai Pancasila yang kurang merata. Di beberapa sekolah, penerapan nilai-nilai Pancasila mungkin sangat kuat, sementara di sekolah lain, nilai-nilai tersebut bisa lebih terabaikan.
Fokus pada Kemandirian yang Terkadang Mengabaikan Kerjasama
Salah satu nilai utama dalam Pancasila adalah gotong royong, yang mengedepankan semangat kerjasama antarwarga. Namun, Kurikulum Merdeka yang mendorong kemandirian siswa dan pembelajaran berbasis minat dan bakat individu cenderung menekankan aspek otonomi pribadi. Meskipun ada elemen kolaborasi dalam beberapa pendekatan pembelajaran, ada risiko bahwa pembelajaran yang sangat individualistis ini bisa mengurangi kesempatan bagi siswa untuk belajar bekerja sama dalam konteks sosial yang lebih luas, yang merupakan bagian dari semangat Pancasila.
Ketidakseimbangan Antara Pembelajaran Akademik dan Sosial