Suara sepeda motor matic terdengar memasuki pelataran. Mesinnya terdengar kasar. Seperti tidak pernah diganti olinya. Itu Jaka, Si kakak.
Alfath menyambut kakaknya yang baru pulang kerja. Mereka berpelukan. Kakaknya tidak banyak bicara. Hanya menanyakan kabar dan "kapan sampai." Dia lebih sering menatap layar ponselnya sambil rebahan di sofa.
"Mau kubuatkan teh, Mas?," tanya Alfath.
"Kopi aja, Al," jawab Jaka sambil tetap fokus ke layar.
Beberapa menit kemudian, Alfath datang membawa secangkir kopi dan secangkir teh. "Gimana kerjaan?"
"Ya, gitu-gitu aja."
"PS kita kamu simpan di mana?"
"Sudah kujual. Daripada rusak nggak terpakai."
"Kalau TV-nya?"
"Ya sama. Sudah kujual satu paket dengan PS-nya. Lagian siapa yang masih butuh TV?"
Alfath sedikit kecewa. PS itu merupakan salah satu benda kesayangannya. Tapi Alfath tidak bisa marah karena orangtua mereka membelikan console itu untuk dimiliki bersama.