“BU GURU!! Perlita jahat!! Dia seram!! Dia melotot!! Dia cemberut!! DIA HANTU!!!” Ucap seorang anak TK kepada sang guru.
Guru wanita itu hanya terdiam menatap mata Perlita, ekspresinya memang berbeda dari anak lainnya, begitu dingin saat menatap matanya.
“Kenapa mereka menangis? Seharusnya aku yang menangis karena mereka…” Ucap Perlita yang masih terduduk dipojok…”
“Perlita cantik, mau main cama akuy?” Ucap sebuah boneka tangan berbentuk kelinci yang menyentuh Perlita.
“Ahh lucu!!”
“Apa kau suka Perlita? Mau main denganku?” Ucap seorang guru laki-laki yang menggunakan tangan boneka untuk menghibur Perlita. Dia adalah Pak Darfis, seorang yang begitu baik menemani Perlita seorang diri. Tak ada yang menemani Perlita di tk itu hanya Pak Darfis seorang, karena guru lain biasanya sibuk menenangkan murid-murid lain yang menangis saat ditatap oleh Perlita.
“Ahhh Pak Darfi!! Apa bapak tidak menangis melihatku?”
“Tidak Perlita, jadi kamu boleh lihat bapak…”
“Bapak baik!!!” Perlita tersenyum melihat gurunya tersebut tidak menangis saat ia lihat. Mereka berdua ahirnya bermain hingga sekolah selesai. Pak Darfis lalu masuk kedalam ruang guru, sementara Perlita kecil masih menunggu ibunya menjempunya, perasaanya mulai senang saat melihat Pak Darfis karena dia tidak menangis saat dilihat Perlita. Sembari menunggu sang ibu, Perlita kecil mencoba menengok Pak Darfis,
“Hahaha.. Dikelas nol kecil ada kasus aneh, ya? Masak anak-anak nangis gara-gara dilihat sama Perlita…” Ucap seorang guru wanita masih muda sembari membawakan munuman kepada Pak Darfis.
“Benar, ini benar-benar aneh baru aku tahu, ada anak seperti Perlita. Tapi dia harus memperbaiki ekspresinya, kalau tidak akan jadi masalah untuk masa depannya.” Ucap Pak Darfis.
Lalu Perlita tiba-tiba terdiam, saat melihat banyak orang di ruang guru, ia tak menyangka ada begitu banyak orang disini. Lantas seorang guru wanita mengetahui keberadaanya, “Perlita, kamu belum dijemput ibu kamu, ya?”