Mohon tunggu...
Kemarau Basah
Kemarau Basah Mohon Tunggu... -

http://kemaraubasah.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kertas Putih

29 April 2014   16:18 Diperbarui: 13 Juli 2015   19:06 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Baik. Mbak bagaimana kabarnya?"

Sekitar tiga menit kemudian, "Sudah jelaskah? Jadi akhirnya dia..."

"Laki-laki!" Dea tergelak.

Sudah pukul sebelas malam. Dea menelepon kakak sulungnya. Ina menikah setahun setelah Reformasi. Dua tahun kemudian dia bercerai dan menikah lagi dengan laki-laki lain pada tahun yang sama. Dia dikaruniai lima orang anak, yang paling kecil berumur enam tahun. Lima tahun yang lalu dia kembali bercerai.

"Kau sudah tak memercayai laki-laki? Aku kira tidak begitu."

Dea mengetahui Ina mempunyai banyak teman laki-laki, bahkan bertambah jumlahnya setelah perceraian terakhirnya. Banyak juga dari mereka yang lebih muda dan masih lajang. Ada tiga orang yang ingin menikahinya sedangkan yang lain terpengaruh dengan tanggungan anak-anak Ina yang hampir setengah lusin.

Empat saudara perempuan itu memang bagaikan bidadari yang dikirimkan ke bumi. Kemolekan mereka yang tidak berkurang oleh bertambahnya usia selalu menjadi impian para laki-laki. Namun tak hanya itu, ayah mereka meninggalkan warisan kekayaan hasil dari bisnis properti. Apalagi sejak krisis moneter harga jual tanah dan bangunan naik berlipat-lipat.

"Mbak, bagaimana kabar Ayu Dona? Kenapa sulit sekali menghubunginya?" Dea mengernyitkan keningnya, "Aku kangen dia. Aku berharap Ayu Dona pulang dan tinggal di sini seperti dulu."

Dona adalah kakak kedua Dea yang dipanggilnya dengan Ayu, panggilan untuk kakak perempuan di Palembang. Dona kini menetap di Phoenix, Arizona, Amerika Serikat. Sepuluh tahun lalu Dona menikah dengan seorang pengusaha, anak seorang pensiunan Jenderal. Tahun-tahun pertama segalanya berjalan indah. Namun kemudian petaka itu terjadi. Suaminya terlibat kasus penyogokan, penipuan dan penggelapan yang ikut menguras aset dan keuangan perusahaan kontraktor pertambangan milik Dona—yang dirintisnya sejak lulus kuliah dengan bantuan teman-teman lama ayahnya. Nama baiknya pun semakin tercoreng setelah secara hampir bersamaan terungkap pula perselingkuhan suaminya dengan beberapa wanita. Dona sangat terpukul dan serta-merta mengajukan perceraian. Beberapa tahun setelah itu Dona menjalin hubungan dekat dengan seorang pengusaha tambang emas asal Amerika, bekas rekan bisnisnya. Keduanya lalu menikah dan laki-laki asing itu memboyong Dona ke kampung halamannya.

"Seharusnya tidak perlu, bukan? Untuk apa Ayu Dona berganti kewarganegaraan? Aku akan memintanya pulang lebaran nanti. Aku harus bicara dengannya. Dia boleh menikahi William tapi tempat dia di sini, bagian dari kita," Dea berjalan menghampiri pintu kaca balkon kamar apartemennya.

Di luar sana tampak perkampungan luas dipadati atap-atap kusam rumah penduduk, mengerubuti sejumlah gedung pencakar langit yang terpencar di bawah angkasa malam pudar keunguan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun