Si Gadis Barbar
"KAU?! Kau gadis barbar itu kan?!" seru Ivan kaget.
     "Gadis barbar?!" tanya Erick heran. Â
Aya yang masih menundukan kepalanya bergumam manyun,
     "Gadis barbar ?! Enak saja"
Ivan tampak geram menatap Aya. Tangannya mengepal kuat menahan marah. Sementara Erick, menatap Aya dan Ivan bergantian dengan wajah kebingungan.
     "Gadis yang main pukul seenaknya tanpa alasan yang masuk akal, hanyalah gadis barbar yang tidak mengenal aturan" kata Ivan dingin. "Bahkan sekarangpun, sudah tahu berbuat salah, bukannya mengucapkan kata maaf, malah menghina orang. Benar-benar lancang. Dimana sopan santunmu?! Apa orang tuamu tidak pernah mengajarimu" cemooh Ivan.
     Perkataan Ivan tentang orang tuanya membuat Aya naik darah seketika. Rasa takut yang tadi ada di hatinya, entah kenapa sirna tak berbekas. Aya langsung mengangkat kepalanya dan menatap Ivan, berang,
     "YA! Orang tuaku memang tidak sempat mengajariku?! Lalu kau mau apa HAH?!" teriaknya. Aya membanting tongkat pel yang dipegangnya ke lantai dan menyinsingkan lengan bajunya, "Kau mau berkelahi?! AYO! Aku layani! Kau pikir aku takut apa?! Jangan mentang-mentang kau itu pangeran, maka kau bisa merendahkan orang lain seenak jidadmu!!" kata Aya lagi mengambil kuda-kuda.
     Semua murid yang ada di sana menyaksikan hal itu, hanya bisa melongo bengong. Mereka tidak menyangka kalau Aya akan berani melawan Ivan. Sementara Erick mengamati dengan ekspresi tertarik.