Setelah lama bertanya-tanya, Metta mengingat pergi ke Candi Borobudur.
"Ma, Metta tidak jadi ke Candi Borobudur deh. Metta mau dirumah sama Mama dan Papa. Candi Borobudur mah kapan saja bisa kesana. Nanti Metta besar Metta kan bisa pergi sendiri. Benar kan Ma?" jawab Metta dengan dewasa.
"Iya Metta. Akhirnya kamu berfikir dewasa juga." kata Mama dengan senang melihat anaknya sudah bisa berfikir dewasa.
Masalah Metta ingin pergi ke Candi Borobudur pun berlalu. Besoknya Metta mengusulkan ke Mama untuk menyuruh Papa memeriksa ke dokter. Dan Metta sangat berharap penyakit ini akan cepat sembuh. Satu keluarga dengan adiknya Metta pergi ke rumah sakit dengan mobil yang bersih dan mewah. Walaupun kecil tapi kalau dibanding mobil lain lebih nyaman dengan mobil sendiri.
30 menit kemudian satu keluarga mereka keluar dari ruang dokter dengan wajah bahagia. Ternyata hanya sakit biasa. Tidak perlu dikhawatirkan. Metta sudah sangat yakin Papanya tidak akan terjadi apa-apa. Karena Papanya adalah Ayah yang paling baik sedunia. Setelah keluar dari gerbang rumah sakit Papa mengajukan untuk pergi makan. Metta langsung menjawab ingin pergi makan pizza.
"Haduh. Ini anak. Kalau pergi aja semangat banget. Hahahaha." kata Mamanya dengan senang.
"Hahahaha" ketawa satu keluarga bahagia di mobil.
Inilah kisah satu keluarga yang bahagia.
Kata renungan Dhammapada Bab XVI Perasaan,
"Dari keinginan timbullah kesedihan, dari keinginan timbullah kekuatan. Seseorang yang terbebas dari keinginan tidak akan mengalami kesedihan dan ketakutan."
Kata renungan Dhammapada Bab III Pikiran,