"Ma, tapi ini penting bagi Metta. Metta gak mau tau Ma! Kalau Metta kali ini gak pergi ke Candi Borobudur aku benci sama Mama! Titik!" jawab Metta pergi meninggalkan kamar Mamanya dengan kata keras yang membuat hati Mamanya terluka.
"Ya ampun ini anak, kenapa dia? Salah apa aku? Ya tuhan..." ucap Mama dalam hatinya dengan mengalirkan air matanya.
Didalam kamar, Metta merasakan gemuruh rasa di dadanya tak bisa ditahan lagi. Metta memberantakan semua yang ada di mejanya sehingga kamarnya sangat berantakan seperti kapal pecah.
"Huh! Apa-apaan sih? Cuma jawab doang lama! Benci banget deh! Benci benci benci!" teriak Metta dalam hatinya dengan amarah yang sangat meluap. Metta meredakan amarahnya dan memikirkan satu hal. Metta memikirkan bagaimana caranya ia bisa membuat Mamanya itu sedih akan anaknya. Metta tidak pernah memikirkan hal ini baik atau tidak sebelum bertindak. Karena rasa ingin pergi ke Candi Borobudur Metta kelupaan dirinya sendiri. Sudah 2 hari Metta tidak makan, minum, mandi, dan lain sebagainya. Di sekolah pun Metta hanya terdiam dan akibatnya, ulangan Metta hanya mendapatkan nilai 38. Metta juga tidak merasakan nilai 38 hal yang memalukan.
Sesampai dirumah Metta tetap seperti patung. Sampai akhirnya ia terbaring diatas kasur. Bibi dirumahnya langsung memanggil kedua orang tua Metta dari kantornya. Orang tuanya bergegas pulang secepat kilat. Metta pun dibawa ke rumah sakit. Metta tidak menyadari hal ini. Metta tidak sadar kalau ia sedang ada di rumah sakit. Saat terbangun, Metta hanya terbisu melihat kedua orang tuanya yang sedang bertanya.
"Sayang, kamu gak apa-apa kan? Mama sangat khawatir dengan keadaanmu. Hati Mama sangat sakit seperti tertusuk panah. Sayang, jawab pertanyaan Mama." Mamanya berkata dengan sangat sedih. Hatinya yang paling dalam seperti tertusuk benda yang paling tajam.
"Metta, ini Papa nak. Kamu gak apa-apa kan? Kamu kenal Papa kan?" Papanya bertanya dengan muka sedih.
"Dok, anak saya kenapa? Kok tidak mau berbicara? Ada apa dengannya?" tanya Papa dengan heran dan cemas.
"Oh, tidak apa-apa. Anak bapak hanya butuh istirahat. 2 hari kemudian anak bapak bisa keluar dari rumah sakit." jelas Dokter dan meninggalkan kamar inap Metta.
"Terima kasih Dok!" ucap Papanya.
Mamanya hanya termurung sedih melihat anaknya jatuh sakit.