Mohon tunggu...
Kelly Lanjaya
Kelly Lanjaya Mohon Tunggu... -

Be a strong wall in the hard times and be a smiling sun in the good times. Twitter : @kellylanjaya025

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Karna Mama

25 Mei 2014   23:07 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:07 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Metta.. Metta.. Bangun.." teriak Mamanya. Mama sudah teriak 3 kali. Teriakan terakhir membuat Metta tersadar dan sangat kaget melihat bantal yang empuknya dibasahi oleh air yang hangat.

"Ma, kok bantal Metta basah?" tanya Metta heran.

"Oh, itu. Kamu tadi menangis Met. Kok kamu tidak sadar? Kamu nangis kenapa?" tanya Mama dengan lemah lembut.

Metta pun menceritakan mimpinya tadi malam. "Ma, pas tidur Metta mimpi kalau Papa sakit parah. Papa tidak apa-apa kan Ma? Kata orang kalo mimpi itu bakal terjadi beneran ya Ma?" tanya Metta khawatir.

"Maafkan Mama Metta, Mama membohongimu." ucap Mama sedih.

"Maaf kenapa Ma? Bohong? Mama kapan berbohong dengan Metta?" kata Metta bingung.

"Papamu sedang sakit sekarang. Tapi Mama kasih tau satu hal. Kamu pasti sudah membaca-baca isi-isi di dalam Dhammapada. Mama yakin. Ingat ya Metta tubuh ini sangat rapuh, sarang penyakit dan lemah, mengeluarkan zat-zat yang busuk dan berbau melalui sembilan lubang pengeluaran, mudah hancur, karena kematian akan mengakhirinya." jelas Mama.

"Maksudnya apa Ma?" tanya Metta bingung.

"Semua orang pasti akan mengalami yang namanya usia tua, sakit, dan kematian. Apalagi Papamu sekarang sudah tua. Walaupun masih muda bagi Mama tapi semua orang tidak akan tau kapan kematian itu datang. Doakan saja Papamu akan sembuh." jelas Mamanya dengan mata berkaca-kaca.

"Oh begitu Ma. Berarti Metta nanti bisa jadi tua dong?" tanya Metta dengan sedikit bodoh.

"Ya iyalah Metta. Kamu sudah SMP ternyata akal mu masih seperti anak TK." jawab Mama dengan sedikit tertawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun