Coba saja matikan data selulernya—atau jangan sengaja mencari wifi, niscaya smartphone hanyalah seonggok telepon dengan kategori "biasa"—
atau secanggih dan seringkas apapun smartphone, jika kita secara sadar tidak ingin ada dalam kendalinya, dia bisa berbuat apa?Â
Perlakukan saja ia sebagai mana mestinya untuk mendukung kegiatan sehari-hari—atau kalau memang sanggup untuk ditinggal berjam-jam, monggo.Â
Yang kita butuhkan sebenarnya hanyalah menentukan waktu kapan harus menyentuhnya dan menetapkan skala prioritas di atas segalanya.
No smartphone without internet
Menyoal aktivitas kita menggunakan internet, berdasarkan dari riset data.ai
"State of Mobile 2023", masyarakat Indonesia berada di urutan pertama di dunia yang paling lama menggunakan internet pada tahun 2022 dengan durasi rata-rata penggunaan 5,7 jam per hari; orang Indonesia berada di posisi pertama kategori pengguna smartphone dengan durasi screentime paling tinggi di dunia.Â
Sementara itu menurut data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) jumlah pengguna internet Indonesia tahun 2024 menembus  221.563.479 jiwa dari total populasi 278.696.200 jiwa penduduk Indonesia tahun 2023.
Jika berdasarkan hasil survei yang dirilis APJII tadi, maka tingkat penetrasi internet Indonesia menyentuh angka 79,5%; penggunanya  mayoritas adalah Gen Z (kelahiran 1997-2012) dengan persentase sebanyak 34,40%, diikuti generasi milenial (kelahiran 1981-1996) sebanyak 30,62% dan Gen X (kelahiran 1965-1980) sebanyak 18,98%.Â
***
Masih segar dalam ingatan saya bagaimana hari-hari satu dekade ke belakang (tepatnya sebelum 2012) tentang bagaimana internet tidak seperti virus yang mewabah.
Kecepatan viralnya pun masih lebih banyak mengandalkan siaran di televisi—yang justru berkebalikan dengan yang terjadi hari-hari ini.Â
Pengguna internet juga bisa dibilang masih terbatas dan diakses dengan cara yang terbatas pula.Â