Ah, akhirnya ada juga yang mengenaliku. Sebatang pohon X, yang tak perlu kusebutkan namanya karena memang aku tidak tahu. Yang jelas ia cukup tinggi dan cukup rindang untuk menaungiku, dan pada masa-masa seperti ini, daunnya banyak sekali yang berguguran.
Â
"Masih mengenaliku, pohon?
Â
Ia bergoyang sedikit. Tidak sampai menjatuhkan daun sehelai pun.
Â
"Kamu selalu berdiri di sini dengan wajah sumringah dan pipi bersemu merah penuh gairah. Tapi hari ini sedikit berbeda. Nyaris saja aku tidak mengenalimu,"
Â
"Apa yang membuatku berbeda? Pasti aku tambah gemuk ya?"
Â
"Hmmm... Kami pepohonan tidak peduli pada hal-hal demikian. Kamu tampak lebih bahagia, tapi pipimu tidak lagi bersemu merah. Hatimu lebih tenang walaupun sedikt lebih tidak bergairah. Dan matamu lebih redup tapi lebih mengayomi."