Mohon tunggu...
KASTRAT BEM FISIP UPNVJ
KASTRAT BEM FISIP UPNVJ Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ditjen Kajian Aksi Strategis BEM FISIP Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta

Akun Kompasiana Direktorat Jenderal Kajian Aksi Strategis Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN Veteran Jakarta. Kabinet Astana Bimantara

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Pendidikan sebagai Penentu Pilihan Politik: Menggali Hubungan antara Taraf Pendidikan dan Preferensi Pemilih dalam Pemilu

27 September 2023   22:00 Diperbarui: 27 September 2023   22:02 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika kita analisis dan kaitkan dengan ketidakmerataan pendidikan dan preferensi politik, seorang aktor politik dapat melakukan polarisasi dan mempengaruhi preferensi politik dengan membawa isu dan propaganda terhadap aktor politik oposisi dan menciptakan sebuah framing yang mencelakakan kepada warga yang memiliki tingkat pengetahuan dan pendidikan yang berbeda. Seseorang dengan tingkat pendidikan yang rendah dengan yang tinggi tentunya memiliki cara penangkapan dan pemahaman informasi yang berbeda. Apabila seseorang tidak memiliki cara pemahaman informasi yang baik, mereka sangat rentan untuk terpolarisasi oleh propaganda yang dibawakan oleh aktor-aktor politik tersebut. Sebaliknya dengan seseorang yang dapat mengkaji, meneliti, dan memahami secara cermat sebuah isu dan propaganda politik yang sedang beredar tidak akan mudah terprovokasi dan tergiring oleh polarisasi yang dilakukan aktor-aktor politik tersebut. 

Ketidakmerataan pendidikan memang sejatinya dapat dilihat sebagai eksploitasi bagi seorang aktor politik untuk melakukan polarisasi. Seorang aktor politik yang licik namun cerdik tentunya ingin memanfaatkan warga yang memiliki tingkat pendidikan rendah untuk mendulang suara karena mereka mudah disusupi dan tidak memiliki pengetahuan politik yang mendalam. Selain itu jika kita kembali hubungkan dengan isu preferensi politik, tidak jarang kita temukan banyak sekali warga, baik yang berpendidikan rendah maupun tinggi masih tidak memiliki preferensi politik atau dikenal sebagai undecided voters. Hal ini tentu pula berpengaruh terhadap polarisasi yang dapat dijalankan oleh aktor-aktor politik untuk mencapai tujuan politiknya. 

KESIMPULAN 

Melalui tulisan ini, dapat kami simpulkan bahwa faktor pendidikan memiliki peran dalam sebuah pilihan politik seseorang. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan tinggi tentu memilki preferensi, analisis, dan cara memandang politik yang berbeda dengan seseorang dengan tingkat pendidikan yang rendah. Selain itu, ketidakmerataan pendidikan juga berpengaruh terhadap beberapa hal, seperti tinggi-rendahnya partisipasi politik menjadi salah satunya. Polarisasi politik sebagai dampak dari ketidakmerataan pendidikan juga dapat terjadi melalui celah yang dapat dieksploitasi oleh aktor politik untuk melakukan polarisasi demi menambah suara sang aktor politik tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun