Mohon tunggu...
Rizki Subbeh
Rizki Subbeh Mohon Tunggu... Guru - SAYA ADALAH SEORANG GURU

Dekonstruksi Kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Senja, Mentari Terbenam

16 Maret 2018   21:45 Diperbarui: 17 Maret 2018   22:53 1406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Doc Erika Emilia Lestari

Beliau menerangkan "jika dalam satu minggu setelah karya dimuat akan mendapatkan honor", dengan wajah tersenyum. "Semoga ini menjadi awal untuk kalian bertiga, kebanggaan ini tidak akan pernah saya lupakan, terus mengejar impian kalian, rubah desa kalian untuk menjadi lebih baik" sambil berjalan meninggalkan trio sahabat itu. 

Disela-sela kegembiraan itu Senja heran bagaimana cara beliau mendapatkan karyanya, sedaangkan beliau hanya sebatas mengetahui jika Senja mulai menulis, dengan penuh rasa curiga mimik wajah yang terus memandangi langkah kaki Pak Bambang, " sebelumnya minta maaf, Bapak mengambil karya Senja pada saat kamu sekolah namun Ibumu mengatahui rencana bapak" tercuat pengakuan beliau dengan berjalan dia berteriak. Sudah berulang kali karya Senja dikirim di media cetak namun dari puluhan karyanya baru satu karya yang terbit. 

Senja pun terkejut dengan kelakuan beliau namun disisi lain dia merasa berterima kasih karenanya lah sebuah karya Senja muncul di media cetek ternama di negeri ini, Senja pun langsung memaafkan beliau dan banyak berterima kasih meski hanya terlintas di fikirnya saja.

Jam menunjukkan pukul 07.00 Senja pun berpamitan ke kedua orang tuanya. Dia bekerja di media cetak ternama di kota, pekerjaan tersebut didapat ketika lowongan kerja dibuka yang membutuhkan orang-orang yang ahli dalam bidang sastra untuk memilih karya-karya pengirim untuk di terbitkan, di dukung karya Senja yang telah beberapa kali terbit sehingga dia dipercaya untuk bekerja disana. 

Lambat tahun desa yang mereka tempati telah mengalami perubahan sedikit demi sedikit, jalan yang mulai baik, listrik yang mulai masuk, banyak remaja-remaja yang bersekolah hingga kejenjang perkuliahan, apa yang di harapkan oleh Pak Bambang telah memberi perubahan, semua itu tidak lain dari peran penting trio sahabat tersebut yang bisa menjadi figur masyarakat desa Naujut. 

Dalam perjalanan trio sahabat bertemu, Benam yang sudah mempersunting Mentari dengan mesrah menyapa Senja yang sendiri menikmati jalan menuju tempat pekerjaannya. Dua sahabatnya bekerja di Telkom dengan keahlian masing-masing tak jauh dari ilmu yang mereka dapat di SMK. Di atas sepeda motor trio sahabat berteriak mengatakan pesan yang sering dikatakan oleh Pak Bambang yang telah meninggalkan mereka dengan diam-diam.

"hiduplah seperti mentari tanpa pamrih, dengan gigih dan tegar agar mencapai senja indah kehidupan" .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun