Mohon tunggu...
Rizki Subbeh
Rizki Subbeh Mohon Tunggu... Guru - SAYA ADALAH SEORANG GURU

Dekonstruksi Kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Senja, Mentari Terbenam

16 Maret 2018   21:45 Diperbarui: 17 Maret 2018   22:53 1406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Doc Erika Emilia Lestari

 Ibu pun meneruskan Dzikinya dengan menikmati acara demi acara di TV. Berselang waktu 30 menit rokok yang di nikmati telah habis, dia pun menuju kamarnya dengan melihat HP yang menyala terlihat ada pesan, Senja pun membuka kemudian membaca dua pesan yang diterima dari sahabatnya. Setiap malam trio sahabat tersebut rutin memberi pesan sebelum tidur, bagi mereka rutinitas ini hanya untuk mengingatkan apapun yang mereka alami tak terkecuali baik atau buruk dalam kesehariannya perlu akan sebuah rasa syukur sehingga syukur itu lah yang mengantarkan akan rasa ikhlas dengan apa yang telah dilewatinya, mereka percaya dengan ikhlas serta bersyukur semua akan ada rahmat dalam itu semua.

Pagi pun menjemput mereka yang harus bersiap-siap untuk bekerja, Senja yang bergegas menuju kamar mandi dengan semangat dia lakukan, mandi pun selesai hanya butuh waktu 10 menit saja. Dia melanjutkan memakai pakaian kantornya, ketika memasang dasi kenangan masa kecil itu muncul di benak Senja. Pada saat itu Senja yang baru masuk di SD yang tidak jauh dari rumahnya, dia murid baru yang masih duduk di kelas satu bersamaan dengan sahabatnya Mentari dan Benam. 

Perkenalan di kelas tidak luput menjadi momen terpenting bagi dirinya, pasalnya dari perkenalan di kelas lah yang membuat mereka bisa menjadi sahabat hingga saat ini. Mentari seorang gadis yang merupakan satu-satunya sahabat yang berlawanan jenis, dia berbeda keyakinan dengan Senja namun persahabtan mereka tidak terganggu. Dia terlahir dari seorang buruh tani, Mentari anak kedua dari dua bersaudara tetapi sebelum kelahirannya kakak kandung Mentari telah pergi jauh untuk selamanya, penyakit yang di derita membuat orang tuanya tidak berdaya karena himpitan ekonomi yang sangat mendesak, tidak lama kemudian saat Mentari masih kecil harus mengalami kenyataan yang pahit untuk kedua kali. 

Ayahnya telah meninggal dunia ketika dia berumur 2 tahun, meski seumurannya tidak merasakan kesedihan tapi ketika dia sudah mengerti Mentari akan merintih. Mulai kecil dia sudah membantu Ibunya bekerja meski hanya sebagai penjual es lilin di sekolahan sedangkan Ibu Mentari hanya bekerja sebagai buruh tani, tanpa rasa malu dia lakukan demi kelangsungan hidup dan sekolahnya. Ketika perkenalan di depan kelas dia terlihat canggung dan malu melihat teman-teman sekelas memeperhatikannya, hingga dia hanya bisa mengatakan sebuah kata yaitu nama Mentari Aprilian. 

Perkenalan yang sangat singkat, namun dengan itu  Senja bisa mengingat karena kelakuan lucunya meski tidak begitu akrab. Ke akraban dimulai ketika jeda istirahat yang terlihat Benam menarik dasi milik Mentari hingga putus karet didasi tersebut. Senja yang melihat hal tersebut langsung menghampiri mereka berdua hingga dia memberikan dasi miliknya terhadap Mentari, kelakuan pahlawan yang dilakukan Senja tidak berhenti disitu saja, bentakan yang menyuruh Benam meminta maaf terhadap Mentari membuat berkesan namun disisi lain Benam harus berjanji akan menjadi teman yang baik bahkan sebagai sahabat Mentari dan Senja yang akan selalu ada dalam setiap suka dan duka. 

Kejadian itu menjadi awal persahabatan antar Senja, Mentari, dan Benam. Perkenalan selanjutnya dialami oleh Benam, dengan kepala plontos dia berdiri di depan kelas dan memperkenalkan diri dengan tubuh gemetar yang membuat seisi kelas tertawa dengannya, laki-laki plontos itu akrab di panggil Ben dengan bernama asli Benam Yohanes. 

Benam yang terlahir dari keluarga kurang mampu sama halnya dengan Mentari maupun Senja, Ayah Benam bekerja sebagai nelayan namun merasa tidak puas beliau pun merantau menjadi TKI di Malaysia, kepergian Ayahnya tidak merubah kehidupan Benam. 

Dengan kabar yang mengejutkan dari tetangga yang bekerja sebagai TKI di Malaysia juga, Ayah benam memiliki istri di Negara orang tersebut sehingga lupa akan keluarga di kampung. Ibu Benam harus memikul beban dengan sendiri, dia hanya mengandalkan pekerjaannya sebagai pemulung ikan dari sisa-sisa ikan di kapal nelayan, kemudian di proses menjadi ikan asin. 

Benam pun tidak hanya diam melihat kerja keras Ibunya, dia membantu Ibunya untuk memunguti ikan di perahu-perahu yang bersandar. Dari tiga belas murid kelas satu, hanya tersisa satu orang yang masih belum memperkenalkan diri yaitu Senja Raditya, dia merupakan seorang anak laki-laki yang terlahir dari sebuah keluarga tidak mampu juga. 

Ibu Senja yang bekerja sebagai buruh tani yang penghasilannya hanya pas untuk di makan dan menyekolahkan Senja saja, di samping itu Ayah senja yang mengalami penyakit hernia membuat tidak berdaya pasalnya penyakit tersebut tidak dapat beraktifitas dengan berat, hal tersebut akan membuat kelenjar penis akan besar sebelah dengan rasa sakit yang tidak biasa. Keadaan itu membuat Senja harus membantu Ibunya bekerja. 

Dengan tekun, dia bekerja mengangkat ikan di atas kapal yang akan di timbang. Upahnya hanya bisa menambah uang jajan sekolah. Kejadian antara Benam dengan Mentari telah mempersatukan mereka meski dengan latar belakang kehidupan yang serba kekurangan, rumah mereka masing-masing berjarak 100 meter. Jika terlihat dari atas letak rumah mereka menjadi segitiga sama sisi, setiap subuh Senja dan Benam sudah parkir di pesisir menunggu perahu-perahu nelayan, meski hembusan angin yang menusuk jaring kulit di pori-pori, mereka tidak peduli. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun