Mohon tunggu...
Rizki Subbeh
Rizki Subbeh Mohon Tunggu... Guru - SAYA ADALAH SEORANG GURU

Dekonstruksi Kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Senja, Mentari Terbenam

16 Maret 2018   21:45 Diperbarui: 17 Maret 2018   22:53 1406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Doc Erika Emilia Lestari

Benam yang bersama Ibunya dengan gigih memungut sisa-sisa ikan yang terjatuh dari bak ikan yang akan di timbang oleh pengepul. Terkadang jika mereka berpas-pasan dengan Senja yang mengangkat bak ikan, Senja dengan sengaja menjatuhkan beberapa ekor ikan, agar Benam dan Ibunya bisa lekas mendapatkan hasil yang lumayan. Pekerjaan itu mereka lalui hingga matahari terbit, mereka akan bergegas pulang dan bersiap untuk kesekolah. 

Senja dengan Mentari yang memiliki sifat di siplin, tergesah-gesah untuk berangkat ke sekolah, sedangkan Benam yang memiliki kebiasaan lambat membuat Senja dan Mentari harus menjemput. Mereka berjalan menuju sekolah, setiap berangkat Mentari selalu membawa termos yang berisi es lilin untuk dijual di sekolahnya. Es itu didapat setiap pagi, tetangga Mentari yang selalu mengantarkan ke rumahnya. 

Meski penghasilan sedikit namun dia selalu senang terkadang marah jika mengalami hari yang kurang mujur. Bel sekolah pun berbunyi, mereka siap menerima pelajarannya hingga waktu untuk pulang datang.

Waktu pulang tinggal beberapa menit saja, Benam yang ramai akan ocehan agar segera pulang, membuat teman-teman sekelasnya mengikuti ocehan Ben. "pulang bu, pulang bu, pulang bu" layaknya nyanyian anak-anak. Dan akhirnya mereka pulang, namun mereka mendapatkan PR Bahasa Indonesia untuk di kumpulkan besok. 

Trio sahabat tersebut berjalan pulang kerumah masing-masing, terlihatlah rumah Ben di ujung sana, rumah Ben terletak di depan jika di lihat dari belakang, rumah Ben 200m dari laut sedangkan Senja dengan Mentari hanya berjarak 100m dari laut. Fikiran Ben yang melayang memikirkan PR membuat dia terdiam setelah melihat rumah surganya, sebelum sampai dia langsung berbicara "teman-teman nanti sore ketemu di laut ya...?". Mendadak berhenti Senja dan Mentari "untuk apa Ben? Tidak takut jika sore berada di pesisir laut" celetus Mentari. 

Menggeleng-geleng lah Senja melihat apa yang dia dengar. "aku tidak bisa mengerjakan PR yang diberi Ibu guru tadi, mangkanya aku ngajak kalian ketemu di laut dengan membawa buka dan PR masing-masing". "ohh begitu, aku fikir mau ngapain disana Ben Ben" serentak Senja dengan Mentari menjawabnya, "ya sudah nanti pukul 16.00 kita bertemu di laut di dekat batu besar disana ya" tambah Senja. Berpisahlah mereka Ben yang sampai di rumah sedangkan Senja dengan Mentari berjalan kearah rumah masing terbelah menjadi dua arah, Senja ke kiri dan Mentari ke kanan. 

Mereka telah sampai di rumah masing-masing, makanan pun menjemput mereka, meski hanya dengan lauk seadanya mereka selalu menikmati apa yang dihidangkan. Sore telah datang, berangkat lah trio sahabat itu menuju tempat yang sudah mereka sepakati siang tadi, dengan pamit ke orang tua masing-masing berlari lah Senja, secara mengejutkan Ben telah datang terlebih dahulu bersama Mentari. 

Berkumpul kembali sahabat-sahabat tersebut, membahas PR, bercanda, dan bercerita tentang diri masing-masing di depan matahari yang sedang mengarah ke celah air asin di ujung barat. Merasakan kenyamanan serta keindahan sore hari bersantai di tepi laut mereka menekuni hal tersebut, hingga pertemuan mereka dengan sastrawan kota yang sedang meneliti kehidupan pesisir pantai tersebut.

Kenaikan kelas 6 menjadi momen terpenting bahwa persahabatan mereka sudah menginjak pada umur 5 tahun, sore itu mereka duduk di tepi pantai dengan tempat yang sama di dekat batu besar dengan melihat sunset. Terlihat sesosok orang yang sedang menuju mereka, tidak lama kemudian dia berkenalan. Entah apa maksut dan tujuan beliau, secara tiba-tiba duduk di dekat mereka dengan menjulurkan tangan kearah Senja, Mentari, dan Benam. Namanya Pak Bambang dia hidup di kota, profesinya sebagai seorang sastrawan yang memiliki beberapa ragam karya yang mengangkat dari kehidupan nyata. 

Pak Bambang bertanya berbagai macam pertanyaan mulai dari nama, rumah dimana, profesi keluarga, dan cita-cita mereka, namun di sela-sela Pak Bambang membujuk serta melucu di hadapan mereka. Dengan hal tersebut beliau telah menguras banyak informasi tentang mereka serta warga desa. Pertemuan kita berakhir ketika awan malam telah datang, mereka pun menuju kerumah untuk mandi kemudian melanjutkan aktiftas sehari-hari. Pak Bambang telah banyak berfikir mendengar cerita yang di peroleh dari Senja, Mentari, dengan Benam. 

Rupanya kehidupan desa Naujut sangat rendah, hanya beberapa orang yang bisa merasakan kenyamanan, hingga beliau memiliki fikiran yang bisa memajukan desa agar terlihat tidak kalah saing dengan desa yang pernah dia datangi. Pada akhirnya beliau harus memberi tunas-tunas yang bisa memajukan desa, melalui trio sahabat itu, kebetulan mereka juga memiliki cita-cita yaang beragam, salah satunya merubah kehidupan keluarga menjadi lebih baik dengan begitu trio sahabat itu bisa menjadi awalan atau contoh bagaimana melewati derita hidup yang semakin lama semakin kejam jika hanya mengikuti arus. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun