Aku sambil duduk membereskan anggur yang diletakkan di atas meja. Wiwi selesai mengunting batang terakhir, ikut duduk.
"Bintang, cantik!" katanya dengan menatap ke langit.
"Eh?" Aku ikut menatap ke langit. "Iya, hari ini tumben banyak bintang," jawabku asal.
Wiwi menarik nafas lalu menatapku.
"Aku sudah putuskan untuk berhenti kerja," katanya dengan tenang tetapi sangat mengagetkanku.
"Kenapa? Bude tahu soal ini?" tanyaku penasaran dan bingung dengan membalas menatapnya.
"Aku juga mau pulang kampung seperti kamu," jawabnya.
Untuk beberapa saat kami saling diam.
"Apa kamu tidak sayang melepas pekerjaan sebagus itu?" tanyaku dengan hati-hati.
"Tidak! Karena seumur hidup aku tidak pernah berdoa meminta ke Tuhan untuk jadi direktur eksekutif. Aku hanya berdoa minta pekerjaan dan alhamdulilah diberi pekerjaan itu," jawabnya lalu menatap ke langit.
"Menjadi kuli bagiku juga pekerjaan. Â Rumah ini tanpa mereka, tidak mungkin berdiri. Tanpa petani tidak mungkin ada beras, sayur. Tanpa nelayan juga tidak mungkin ada ikan... Aku yakin nanti Tuhan pasti kasih aku pekerjaan lagi," lanjutnya dengan menatapku.