Penutup
Sewaktu membawa mama cek jantung pertama kali, dokter jantung yang bergelar profesor saat kami mau pulang memanggil seluruh perawat masuk.Â
Menurut beliau, "Perbuatan saya walau sibuk mau sediakan waktu temani mama ke sana ke mari hingga cek kesehatan selama mama masih sehat, menurut ajaran agama dokter berarti saya sudah membuka satu kunci pintu surga. Surga itu di bawah telapak kaki ibu. Para suster juga harus mencontoh cara memperlakukan ibu di rumah seperti ini apalagi saat masih sehat."Â
Saya tahu mama begitu diberi tanggung jawab menjadi ibu langsung dijalankan sepenuh hati tanpa peduli rasa sakit, lelah, kesal, dan marah demi kenyamanan hidup anak.Â
Mama selalu bangun paling pagi dan tidur terakhir. Saya yakin mama tulus menjalankan tanggung jawab tanpa mengharapkan balasan dari anak.
Saya pun melakukan semua ini tanpa mengharapkan apa pun. Melihat mama tertawa bahagia, makan lahap dan jalan lincah sudah memuaskan hati.
Di lain sisi, sosok tenaga kesehatan yang rela kepanasan, tahan haus, lapar, dan buang air saat pakai APD demi melayani yang sakit sangat menyejukkan hati.Â
Saya dapat sangat memahami betapa lelah batin dan fisik saat merawat orang sakit Covid. Apalagi, orang yang mereka rawat pasti banyak yang tidak dikenal.Â
Sakit ini membukakan mata saya bahwa benar kita manusia harus memperlakukan sesama sesuai perlakuan yang ingin diri sendiri dapatkan dengan tulus ikhlas. Harus ada yang mau berkorban.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H