Terakhir saya dipuji kuat oleh dokter saat sekolah dan kerja di Jepang, tahun 2018.Â
Januari 2018 mulai sekolah bertepatan 50 tahun siklus musim dingin ekstrim Kyoto. Pertengahan Februari saya terkena influenza.
Selesai sekolah saya naik bis 30 menit ke RS terbesar kota itu. Dokter kaget, saya demam 41 derajat tapi masih kuat.Â
Sebenarnya saat ukur suhu ada kesalahan. Tapi, suster saat alat bunyi dan lihat angka langsung sangat panik. Waktu mau ukur ulang tidak dikasih.
Dokter makin kaget saat tahu riwayat alergi obat. Saya sejak datang ke Kyoto sudah tidak sehat dan sering berobat ke RS dekat sekolah. Ternyata ada beberapa obat menimbulkan alergi.Â
Perlu waktu 1 bulan untuk pulih dari influenza. Setelah itu makan 1 bulan menderita flu susulan.Â
Dokter THT dan penyakit dalam dibuat debat karena obat dokter THT membuat saya lumpuh sementara, tapi dokternya bersikeras itu tanda saya mau sembuh. Sedangkan saya dan dokter lain berpendapat beda.Â
Akhirnya saya putuskan berhenti ke dokter dan minum obat. 1 minggu setelah itu di tengah jalan ketemu teman sesama orang Indonesia yang saya kenal saat baru sebulan di kota ini.
Ternyata dia punya banyak stok jamu flu kemasan dan pelega tengorokan kesukaan saya.Â
Suatu hari karena tekanan pekerjaan dan pelajaran membuat saya marah besar ke Tuhan dan kembali menyesali keputusan hidup untuk datang ke kota ini.
Tapi, saat marah itu dari hati kecil terdengar suara berkata, "Kamu tenang. Anggap ini latihan supaya saat ada virus flu baru, kamu tidak apa-apa".