Apalagi nusantara yang terdiri dari banyak suku memiliki ratusan bahasa daerah.Â
Demikian Sumatera Selatan memiliki ratusan marga yang berpengaruh pada dialek masing-masing. Bahkan, satu desa pun dapat beda bahasa.
Huruf ulu (aksara kaganga) yang dikenal masyarakat Sumatera Selatan tempo dulu pun dapat dibaca kata berbeda meski bentuk hurufnya sama, jika yang membacanya berasal dari suku dan  (berdasarkan aliran sungai) marga (dari aliran cabang anak sungai) berbeda.
Beragamnya bahasa daerah  merupakan bebuah kekayaan yang patut dilestarikan, termasuk melalui media film.
Belum banyak sineas yang mengangkat bahasa daerah asli dalam film. Sineas Palembang pun masih menggunakan bahasa Palembang pasaran yang memang umumnya dipahami oleh masyarakat Sumatera Bagian Selatan. Padahal ada puluhan rumpun bahasa dan ratusan dialek di Sumatera Selatan yang dapat diangkat sebagai khasanah kekayaaan budaya.
Dalam kehidupan sehari-hari pun korsleting bahasa dapat terjadi, karena adanya beda arti pada kata yang hampir sama pada bahasa daerah yang berbeda di wilayah Sumatera Selatan.
Ada banyak anekdot yang seringkali diungkapkan dalam kelakar betok (komedi gaya Palembang) yang ada di masyarakat mengenai korsleting bahasa. Kendalanya, saya sendiri jika menceritakannya tidak akan lucu. Karena keterbatasan kemampuan pengucapan dialek yang tepat.
Film Berbahasa Daerah
Menyenangkan sekali sekarang semakin banyak film berkualitas yang berbahasa daerah. Sebut saja Marlina, Pembunuh dalam Empat Babak (2017),  Yuni (2021), Budi Pekerti (2023) serta Women from Rote Island (2023) yang berjaya di festival-festival film internasional. Pun film-film pendek dari berbagai daerah juga semakin banyak yang menggunakan bahasa daerah. Meski seringkali terjemahan pada sub tittle membuat emosi karena sering kali diksi dan padanan yang kurang tepat dalam bahasa Indonesia atau Bahasa Ingris.
Memang  tantangan tersendiri membuat film berbahasa daerah.Â
Proses reading pun menjadi panjang, ditambah dengan coaching khusus agar pengucapan kata dan kalimat tepat dengan dialek.Â