Mohon tunggu...
Kanopi FEBUI
Kanopi FEBUI Mohon Tunggu... Jurnalis - Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi FEB UI

Kanopi FEBUI adalah organisasi yang mengkhususkan diri pada kajian, diskusi, serta penelitian, dan mengambil topik pada permasalahan ekonomi dan sosial di Indonesia secara makro. Selain itu, Kanopi FEBUI juga memiliki fungsi sebagai himpunan mahasiswa untuk mahasiswa program studi S1 Ilmu Ekonomi dimana seluruh mahasiswa ilmu ekonomi merupakan anggota Kanopi FEBUI.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Pernikahan Usia Dini: Menjebak di Kemelaratan

25 Desember 2020   19:28 Diperbarui: 26 Desember 2020   11:23 1960
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, angka pernikahan anak semakin menurun seiring naiknya kuintil atau tingkat kesejahteraan. Pada kuintil pengeluaran kelima atau tingkat kesejahteraan tertinggi, hanya sebanyak 11,14% keluarga yang melakukan pernikahan anak perempuan (Susenas, 2018). 

Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa tingkat kemiskinan berkorelasi positif dengan pernikahan anak. Semakin miskin suatu keluarga, semakin tinggi kemungkinan melakukannya pernikahan anak. 

Dengan tujuan dapat mengurangi beban ekonomi, keluarga yang memiliki kondisi ekonomi lebih rendah mendominasi pernikahan anak. Faktanya, perempuan yang menikah di bawah umur cenderung mengalami kemakmuran yang lebih buruk di masa depan. 

Tingkat kemiskinan perempuan yang menikah di bawah 18 tahun lebih tinggi sebesar 13,76% dibandingkan perempuan yang menikah diatas 18 tahun sebesar 10,09% (Susenas, 2018). 

Salah satu penelitian yang menggunakan variabel instrumental juga menyatakan bahwa anak yang menikah dibawah umur memiliki kemungkinan 31% lebih tinggi untuk hidup sebagai orang miskin di masa depan (Dahl, 2010).

Ditinjau dari tingkat pengeluaran untuk barang pokok(makanan), tingkat pengeluaran perempuan yang menikah di bawah 18 tahun lebih banyak sebesar 58,92% daripada yang menikah diatas 18 tahun yaitu 52,85% (Susenas, 2018). 

Tingginya pengeluaran untuk makanan sejalan dengan tingkat kerentanan keluarga. Ketika terjadi shock dalam perekonomian, keluarga yang memiliki proporsi pengeluaran yang lebih tinggi terhadap makanan akan lebih besar terkena dampaknya. Sehingga, perempuan yang menikah di atas umur 18 tahun dianggap lebih sejahtera dan  stabil secara finansial.

Pernikahan Anak dan Kondisi Tenaga Kerja

"Child marriage is child labor" kalimat yang cukup sering digunakan oleh beberapa organisasi internasional. Pernikahan anak dapat memengaruhi partisipasi angkatan kerja khususnya perempuan karena perempuan yang menikah dibawah umur bisa saja tetap bekerja, baik secara formal atau informal. 

Berdasarkan data Employment to Population Ratio (EPR) yang diolah PUSKAPA, perempuan yang sudah menikah memiliki angka EPR paling kecil dibandingkan belum menikah atau sudah bercerai, yaitu sebesar 32,46%. Maknanya, proporsi perempuan yang sudah menikah lebih sedikit di dalam pasar tenaga kerja. 

Terlebih lagi,  perempuan yang menikah di bawah 18 tahun cenderung bekerja di sektor informal dengan proporsi 63,31% dari keseluruhan (Susenas, 2018). Pekerjaan ini sering kali dicirikan dengan pekerjaan yang inferior dan berupah rendah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun