Mohon tunggu...
kania ditarora
kania ditarora Mohon Tunggu... Guru - Tenaga Pengajar di madrasah swasta

Menulis adalah sebuah implementasi mencintai diri sendiri, sesama, dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Book

Konoha No More Indonesia Forever

28 Maret 2024   20:57 Diperbarui: 28 Maret 2024   20:57 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pun pada dua periode kepemimpinan presiden Joko Widodo tidak luput dari kritik tajam khas Tere Liye. Tentang oligarki, tentang korupsi, tentang menteri yang melampaui kewenangan dan lainnya. Sehingga novel politik karya Tere Liye seperti Negeri Para Bedebah, Negeri di Ujung Tanduk, Bedebah di Ujung Tanduk, Tanah Para Bandit, dan Bandit-Bandit Berkelas (sedang proses) merupakan bagian dari kritiknya sekaligus pembelajaran politik pada pembaca bahwa banyak hal yang harus diubah di negeri ini.

Lain halnya dengan kelima novel politik tersebut sebagai cerita berseri. Novel Teruslah Bodoh Jangan Pintar merupakan novel tersendiri. Meski demikian substansi cerita berkaitan erat. Cerita yang dihadirkan ataupun konflik yang angkat sangat mirip dengan kondisi di tanah air.

Khusus novel "Teruslah Bodoh Jangan Pintar" karakter setiap tokohnya mengingatkan kita pada elite politik tanah air. Seperti karakter Jendral Bacok yang menjadi Menko,mirip penggambaran seorang menteri kita saat ini yang juga sering dijuluki menteri segala urusan.

Karakter Tuan Liem pada novel mengingatkan kita pada oligarki yang mampu mengatur kontestasi politik mulai dari Pilpres sampai pemilukada. Dengan uangnya Tuan Liem menjadi donatur menggiurkan pada setiap kontestasi politik.

Begitupula penggambaran karakter pengacara pihak tambang yakni Hotma Cornelius mengingatkan kita pada pengacara kondang yang saat ini menjadi pengacara Capres-cawapres pemenang pemilu dalam gugatan di Mahkamah Konstitusi. Karakter tokoh lainnya pun akan relevan dengan kondisi negara kita saat ini. Khususnya betapa hukum mudah dikangkangi, hakim-hakim mudah disuap, aparat yang lebih memihak korporasi, ataupun kesaksian palsu karena iming-iming kekuasaan dan fulus, sekian dari cerita fiksi yang juga menjadi realita di negeri ini.

Oleh karena itu, membaca novel ini tidak saja menjadi bahan masukan bagi pemangku kebijakan. Melainkan sebagai pembelajaran sebagaimana saya ulas di atas. Dengan begitu generasi mendatang bisa lebih melek politik. Sehingga tidak mudah dibodohi oleh oknum elite politik.

Lombok Tengah, 280324

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun