Pun pada dua periode kepemimpinan presiden Joko Widodo tidak luput dari kritik tajam khas Tere Liye. Tentang oligarki, tentang korupsi, tentang menteri yang melampaui kewenangan dan lainnya. Sehingga novel politik karya Tere Liye seperti Negeri Para Bedebah, Negeri di Ujung Tanduk, Bedebah di Ujung Tanduk, Tanah Para Bandit, dan Bandit-Bandit Berkelas (sedang proses) merupakan bagian dari kritiknya sekaligus pembelajaran politik pada pembaca bahwa banyak hal yang harus diubah di negeri ini.
Lain halnya dengan kelima novel politik tersebut sebagai cerita berseri. Novel Teruslah Bodoh Jangan Pintar merupakan novel tersendiri. Meski demikian substansi cerita berkaitan erat. Cerita yang dihadirkan ataupun konflik yang angkat sangat mirip dengan kondisi di tanah air.
Khusus novel "Teruslah Bodoh Jangan Pintar" karakter setiap tokohnya mengingatkan kita pada elite politik tanah air. Seperti karakter Jendral Bacok yang menjadi Menko,mirip penggambaran seorang menteri kita saat ini yang juga sering dijuluki menteri segala urusan.
Karakter Tuan Liem pada novel mengingatkan kita pada oligarki yang mampu mengatur kontestasi politik mulai dari Pilpres sampai pemilukada. Dengan uangnya Tuan Liem menjadi donatur menggiurkan pada setiap kontestasi politik.
Begitupula penggambaran karakter pengacara pihak tambang yakni Hotma Cornelius mengingatkan kita pada pengacara kondang yang saat ini menjadi pengacara Capres-cawapres pemenang pemilu dalam gugatan di Mahkamah Konstitusi. Karakter tokoh lainnya pun akan relevan dengan kondisi negara kita saat ini. Khususnya betapa hukum mudah dikangkangi, hakim-hakim mudah disuap, aparat yang lebih memihak korporasi, ataupun kesaksian palsu karena iming-iming kekuasaan dan fulus, sekian dari cerita fiksi yang juga menjadi realita di negeri ini.
Oleh karena itu, membaca novel ini tidak saja menjadi bahan masukan bagi pemangku kebijakan. Melainkan sebagai pembelajaran sebagaimana saya ulas di atas. Dengan begitu generasi mendatang bisa lebih melek politik. Sehingga tidak mudah dibodohi oleh oknum elite politik.
Lombok Tengah, 280324
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H