Mohon tunggu...
Yopi Kurniawan
Yopi Kurniawan Mohon Tunggu... Drafter -

Drafter yang suka iseng coret-coret kertas kosong dengan tulisan. www.akangmpie.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Laki-laki Itu

5 Juli 2015   00:19 Diperbarui: 5 Juli 2015   00:19 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

                Tidak berapa lama ponselku kembali berdering, dari dia. “Ada apa?” tanyaku tanpa memberikannya  kesempatan untuk menyapa terlebih dahulu.

                “Aku sudah di jalan pulang, Sayang. Aku mau ambil dompetmu,” dia menjawab dengan tergesa, “kamu di mana arisannya? Biar nanti aku antarkan dompetmu ke sana.” Dia bertanya seakan ketakutan aku akan memutus teleponnya seperti tadi.

                Hujan tiba-tiba turun, tanpa memberikan tanda-tanda sebelumnya. Dan waktu pun terasa lama dalam situasi ini, sudah hampir  satu jam lebih laki-laki itu belum juga datang.  Aku coba untuk menghubunginya, tapi sudah beberapa kali aku menelpon tidak diangkatnya. Biasanya tidak butuh sampai dua kali aku menelpon, dia pasti langsung merespon.

                Teleponku berdering, namanya muncul di layar. Dengan menahan kesal aku angkat  panggilannya, “Kamu dimana? Lama bener sih!”

                Tidak terdengar suaranya menjawab. Tiba-tiba suara asing terdengar dari seberang sana melalui ponsel laki-laki itu. “Hallo selamat sore, apakah ibu, istri dari Bapak Setyo?”

                Aku langsung menjawab pertanyaanya, ternyata suara asing itu adalah suara seorang polisi. Dia melaporkan bahwa laki-laki yang bernama Setyo dan itu adalah suamiku, mengalami kecelakaan lalu lintas dan saat ini sedang dibawa menuju satu rumah sakit. Aku hanya mampu terdiam. Kabar berita kecelakaan selalu membuatku shock, siapapun korbannya. Dan sekarang adalah suamiku yang menjadi korban.

                Mataku terbuka, aku melihat di sekelilingku wajah-wajah yang tidak asing lagi. Orangtuaku  dan ibunya Mas Setyo. Aku sudah berada di rumah sakit sekarang, entah siapa yang membawaku sampai ke sini.

                “Sabar, Nak.” Ibu berusaha menenangkanku.

                “Mas Setyo di mana, Bu?” tanyaku lirih. Ah, baru kali ini aku memanggil suamiku dengan sebutan itu.

                “Dia masih di dalam. Kita tunggu saja di sini ya.”

                Aku menunggu dengan diam beribu bahasa di depan ruang unit gawat darurat. Waktu betul-betul terasa lama berputar. Sampai akhir setelah hampir 2 jam kami menunggu, dokter keluar memberikan informasi. Suamiku tidak bisa diselamatkan lagi. Pendarahaan yang parah terjadi pada otaknya. Dan semua ini karena serangan jantung yang menyerangnya disaat menyetir tadi. Oh,Tuhan. Kali ini aku benar-benar lemas. Aku tidak mengharapkan kejadian ini. Ada sedikit penyesalan yang menjalar bersama aliran darah ke seluruh tubuhku. Mas Setyo ....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun