Farah memeluk erat Widni. Air matanya bercucuran tak beraturan. Nafasnya terengah-engah, perasaannya hancur berantakan.
Widni memeluk balik Farah. Sesekali ia mengusap punggungnya, mencoba mengembalikan kepercayaan dirinya. Sadar, Farah tak seharusnya mendapatkan surat itu, tapi ia pun tak bisa menyalahkan Rana.
"Rana tahu siapa kita sebelumnya, Far"
Hanya itu kalimat yang terdengar di telinga farah.
Laki-laki baik itu baru sebatas bayangan. Celakanya, aku terlalu yakin bahwa dia benar-benar realitas. Tak disangka betapa berat memutuskan jalan pulang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI