“Eh, tapi yang nganterin dan yang dianter belum kenalan, nih?” kataku.
“Emang perlu?”
“Ya, perlu.”
“What for?”
Aku ikutan duduk di sampingnya, lalu, “Bayangin ya seandainya kamu kenapa-kenapa?”
“Kenapa-kenapa bagaimana?”
“Ya… misalnya ngurus administrasi kek, atau apalah gitu.”
Dia hanya mengangguk.
“Nah, pas lagi sibuknya ngebantuin terus ada dokter atau suster yang nanya nama kamu, masak saya mau bilang cuma nganterin. Kan nggak lucu.”
“Ih, nggak apa-apalagi. Ntar kan kamu tinggal bilang, saya kan sopir taksi jadi ya tugasnya tukang nganter-nganter aja.”
Gadis itu tertawa tertahan.