Mohon tunggu...
Kang Acep Pendongeng
Kang Acep Pendongeng Mohon Tunggu... Seniman - Pendongeng Profesional yang inspiratif

Seorang pendongeng profesional yang kerap mengisi workshop dongeng di berbagai kota. Kini tergabung di Rumah Dongeng Indonesia, Nusantara Bertutur, GEPPUK (Gerakan Para Pendongeng untuk Kemanusiaan) dan Lesbumi NU. Selain mendongeng, ia telah menulis buku-buku pendidikan dan beberapa karya dongengnya dimuat di SKH Kompas Minggu

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Jam 12 Malam

4 Juni 2024   10:50 Diperbarui: 4 Juni 2024   11:00 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lang zal ze leven (Panjang umurnya)

Lang zal ze leven in de gloria (Panjang umurnya serta mulia)

In de gloria (serta mulia)

In de gloria (serta mulia)

Aku ikut senang mendengar anak-anak bule bernyanyi. Namun, di sisi lain aku benar-benar takut. Untunglah, kembali terdengar suara tongkat dan kaki yang diseret. Suaranya semakin dekat. Terdengar persis di depan jendela kamar.

"Joko!" teriakku setengah berbisik. Setidaknya aku tidak sendirian. Mumpung ada Joko, aku harus segera menemuinya. Namun, lewat mana ya? Lewat pintu kamar? Hii...di ruang tengah itu anak-anak bule sedang ulang tahun. Jalan satu-satunya adalah lewat jendela kamar. Jendelanya cukup besar, terbuat dari kayu jati.  Cukup memuat tubuhku yang gemuk.

Jendela kubuka pelan-pelan agar suaranya tidak menarik perhatian anak-anak bule itu. Namun, saat kubuka jendelanya, aku melihat sosok yang mengerikan. Sosok yang kukira Joko berdiri di depan jendela kamar.

Rambutnya gondrong. Matanya merah penuh ancaman.

"Kau, siapa?" tanyaku dengan suara tercekat. Kepalaku tiba-tiba berat. Tubuhku kaku. Mulutku terkunci. Ia menjulurkan tangan hendak mencekikku. Mataku mulai berkunang-kunang. Akhirnya gelap. 

Saat siuman, segera kupulihkan pikiranku. Aku berharap semua ini hanyalah mimpi buruk. Hantu itu hanyalah fantasi. Hantu hanya ada di dunia dongeng. Aku menguatkan diriku sendiri.

Sambil mengatur napas, perlahan kubuka mata. Syukurlah, ini hanya mimpi. Kuedarkan pandangan. Jam satu malam. Tak ada siapa pun di kamar ini. Di mana teman-temanku? Masa sih belum pulang? Apa mereka sedang lembur buat laporan di ruang tengah? Namun, mengapa aku tidak mendengar suara mereka?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun