Lang zal ze leven (Panjang umurnya)
Lang zal ze leven in de gloria (Panjang umurnya serta mulia)
In de gloria (serta mulia)
In de gloria (serta mulia)
Aku ikut senang mendengar anak-anak bule bernyanyi. Namun, di sisi lain aku benar-benar takut. Untunglah, kembali terdengar suara tongkat dan kaki yang diseret. Suaranya semakin dekat. Terdengar persis di depan jendela kamar.
"Joko!" teriakku setengah berbisik. Setidaknya aku tidak sendirian. Mumpung ada Joko, aku harus segera menemuinya. Namun, lewat mana ya? Lewat pintu kamar? Hii...di ruang tengah itu anak-anak bule sedang ulang tahun. Jalan satu-satunya adalah lewat jendela kamar. Jendelanya cukup besar, terbuat dari kayu jati. Â Cukup memuat tubuhku yang gemuk.
Jendela kubuka pelan-pelan agar suaranya tidak menarik perhatian anak-anak bule itu. Namun, saat kubuka jendelanya, aku melihat sosok yang mengerikan. Sosok yang kukira Joko berdiri di depan jendela kamar.
Rambutnya gondrong. Matanya merah penuh ancaman.
"Kau, siapa?" tanyaku dengan suara tercekat. Kepalaku tiba-tiba berat. Tubuhku kaku. Mulutku terkunci. Ia menjulurkan tangan hendak mencekikku. Mataku mulai berkunang-kunang. Akhirnya gelap.Â
Saat siuman, segera kupulihkan pikiranku. Aku berharap semua ini hanyalah mimpi buruk. Hantu itu hanyalah fantasi. Hantu hanya ada di dunia dongeng. Aku menguatkan diriku sendiri.
Sambil mengatur napas, perlahan kubuka mata. Syukurlah, ini hanya mimpi. Kuedarkan pandangan. Jam satu malam. Tak ada siapa pun di kamar ini. Di mana teman-temanku? Masa sih belum pulang? Apa mereka sedang lembur buat laporan di ruang tengah? Namun, mengapa aku tidak mendengar suara mereka?