Kraaak!
Pintu dibuka. Aku hampir berteriak. Joko melongokkan kepalanya.
"Belum tidur, Mas?"
Joko tetangga rumah Pak Dukuh. Usianya masih tiga puluhan. Sebulan yang lalu ia kecelakaan sehingga harus memakai tongkat.
"Iya, terpaksa lembur." sahutku senang mendapat teman.
"Sebaiknya jam dua belas masuk kamar, tidur!"
Aku kaget dengan nadanya yang sedikit tinggi. Tidak biasanya ia berkata seperti itu kepadaku. Aku mengenalnya cukup dekat. Kami biasa bercanda.
"Kenapa nggak boleh lebih dari jam dua belas?" tanyaku penasaran.
Joko tidak menjawab. Ia pergi meninggalkanku sendiri.
Sebenarnya aku masih penasaran. Namun, lain waktu kutanyakan. Aku harus fokus pada pekerjaan. Tinggal dua kegiatan yang perlu kutulis. Â
Sepeninggal Joko, tak ada lagi terdengar suara-suara yang menganggu. Aku lebih  bisa fokus bekerja hingga terdengar jam berdenting dua belas kali. Nah, tepat, pada jam dua belas malam, tercium bau kembang kantil yang menyengat.