Santri-santri dan murid-murid imam Asy'ari yang meneruskan pemikiran dan apa yang sudah "dimulai" oleh gurunya. Seperti apa yang saya tangkap adalah di kemudian hari ada pembahasan seperti Jauhar (substansi) dan Aradh (non substansi) juga segala perincian dan penempatannya, yang dimunculkan oleh imam Al-Baqilani.()
Secara dominan beliau mengkritisi pemikiran dan konsep Muktazilah sebagai aliran yang kuat saat itu. Tapi dalam kitab Tabyin Kidzb Muftara dituturkan kalau sebenarnya beliau juga menyanggah aliran selain Muktazilah.
"Perhatian yang sangat besar dalam menyanggah paham Mu'tazilah, tidak serta merta mengabaikan sanggahan imam Al-Asy'ari terhadap aliran lain dalam Islam, seperti Al-Jahmiyah, Al-Mujassimah, Al-Imamiyah, Al-Murji'ah dan lain sebagainya.
Sebagaimana imam Al-Asy'ari juga melakukan sanggahan terhadap aliran-aliran yang ada pada agama lain seperti Ats-Tsanawiyah, Ad-Dahriyyin, Al-Mulahidah, dan para filsuf serta aliran yang memiliki anggapan bahwa alam itu qadim.
Sanggahan-sanggahan tersebut berbeda-beda tergantung kepada siapa tujuannya sesuai dengan agama dan aliran yang dianutnya itu."()
Jadi, sekali lagi, untuk melacak secara mendetail, rasanya butuh waktu lama. Butuh ketelitian. Butuh kejelian. Dan orang awam seperti saya hanya menginginkan gambaran umum.
Salah satu kitab imam Asy'ari yang paling penting adalah al-Ibanah. Ada yang mengatakan kitab ini ditulis setelah beliau meninggalkan paham Muktazilah. Namun ada pula yang mengatakan kalau ini adalah kitab terakhir beliau.()
Dalam kitab tersebut, katanya ditulis dalam mukadimah jika beliau mengikuti pandangan akidah imam Ahmad bin Hambal. (Lihat tulisan kiai Hidayat Nur)
Maka menjadi menarik, saat tahu kalau kitab tersebut ditulis pada fase awal atau akhir.
***
[Sebelum Kemunculan Imam Asy'ari dan imam Maturidi]