Namun dalam fikih, imam Asy'ari setahu saya mengikuti fikih imam Syafi'i. Sebab beliau adalah murid imam Marwazi. Ada yang mengatakan juga kalau beliau menganut fikih imam Malik, seperti keterangan dalam pengantar kitab Masail Khilaf Bainal Asya'iroh wal Maturidiyah. Bahkan ada juga wacana kalau fikih beliau adalah fikih Hanafi, karena Syaikh Al-Juba'i yang menjadi ayah angkat beliau merupakan pengikut madzhab Hanafi. Wallahu a'lam...
Sedangkan imam Maturidi, mengaji kepada banyak ulama bermazhab Hanafi. Beliau belajar fikih dan ushul kepada Syaikh Abu Bakar Al-Jauzani, Syaikh Abu Nahr Al-Iyadh, Syaikh Muhammad bin Muqatil Ar-Razi, dan Syaikh Nashir bin Yahya. Semuanya adalah masyayikh Madzhab Hanafi."()
Dalam tulisan kiai Nur Hidayat Muhammad, "kiranya tepat pernyataan ulama, bahwa akidah imam Abu Hanifah merupakan asas yang dikembangkan secara sistematis oleh imam Al-Maturidi." Dan tentunya, selain imam Abu Hanifah, manhaj beliau juga mengakar kuat kepada dua murid utama imam Abu Hanifah, yaitu imam Abu Yusuf, dan imam Muhammad bin Hasan.
"Di bidang akidah dan furu' fikih, mayoritas pengikut Hanafiyyah bergantung kepada imam Maturidi, terutama mereka yang tinggal
di negeri Transoxiana, Turki, Asia Timur, dan Asia Tengah secara umum.
Di antara murid imam Al-Maturidi yang terkenal adalah Syaikh Abu Al-Qasim Ishaq bin Muhammad bin Ismail, yang dikenal dengan Al-Hakim As-Samarqandi (w. 340 H), Syaikh Abu Muhammad Abdut Karim, yang dikenal dengan imam Al-Bazdawi (w. 390 H), dan Syaikh Abu Al-layts Al-Bukhari.
Melalui keempat imam itulah Madzhab Al-Maturidiyah tersebar di seantero Samarkand dan dunia Islam, terutama wilayah-wilayah yang tunduk pada Dinasti Ottoman." ()
Dan sama seperti imam Asy'ari yang tidak hanya membentengi Ahlussunah dari pemikiran Muktazilah, imam Maturidi juga membantah banyak pemikiran dan paham menyimpang selain Muktazilah. Seperti Mujasimah, bahkan katanya juga Majusiyah dan Watsaniyah atau paganisme.
Adapun masalah bagaimana konsep dan bentuk manhaj imam Maturidi, maka itu diluar pembahasan tulisan ini. Karena untuk mengetahui itu harus merujuk kepada referensi kitab-kitab beliau. Bukan kitab sejarah.
Saya bayangkan seperti ini, jadi saat kita mengurutkan sejarah awal terbentuknya madzhab imam Asy'ari dalam teologi, belum menemukan "bentuknya" seperti hari ini di awal-awal. Sekarang yang kita kenal dalam kitab-kitab seperti matan Aqidatul Kubra atau yang lainnya adalah setelah melewati proses panjang. Pengukuhan dan penyebaran.
Sedangkan pada awal terbentuknya madzab, banyak masalah yang bersifat waqi'iyah. Sama seperti fikih. Seperti bagaimana cara pandang menyikapi konsep baik dan buruk. Apakah Allah Subhanahuwata'ala wajib berbuat baik kepada makhluk? Apakah Alquran adalah makhluk? Melihat Allah Subhanahuwata'ala di surga. Dan lain sebagainya.
Masalah demi masalah tersebut dikembangkan dan dirumuskan menjadi paham Ahlussunah yang kita kenal hari ini. Sepaham saya demikian...