Mohon tunggu...
Muhammad Khoirul Wafa
Muhammad Khoirul Wafa Mohon Tunggu... Santri, Penulis lepas

Santri dari Ma'had Aly Lirboyo lulus 2020 M. Berusaha menulis untuk mengubah diri menjadi lebih baik. Instagram @Rogerwafaa Twitter @rogerwafaa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kisah tentang Sajak Terpendek Satu Baris dan Bagaimana Cara Saya Menikmati Karya Seni

10 Mei 2020   05:10 Diperbarui: 11 Mei 2020   17:18 877
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: pinterest.com/retne_

Tapi kita boleh saja menafsirkan itu. Memiliki persepsi mungkin maksudnya begitu atau begini. Tapi sekali lagi, itu hanya mungkin. Sebab yang tahu pasti maknanya ya penulisnya.

Dan sekali lagi, imajinasi penikmat seni kadang melampaui ekspektasi dan maksud sesungguhnya pencipta seni tersebut. Gak masalah saya kira.

Ada lagu yang easy listening. Ada lagu yang mendayu-dayu. Dan kebetulan pas dengan suasana hati. Sehingga kita bisa menafsirkan dengan pandangan kita.

Bila terkait seni, saya sebagai penikmat seni gak berani untuk memvonis pencipta seni tersebut dengan dugaan macam-macam. Kecuali sudah gak bisa ditakwil lagi. Itu baru namanya salah. Sebab dunia seni memiliki aturan yang sangat longgar dan membebaskan pikiran dan ekspresi.

Sekalipun pencipta seni bilang A, bukan berarti dia maksudkan A. Sebab untuk mewakili pendapat pribadi gak bisa dengan seni. Harus dengan kalimat tegas. Seni itu bagi saya adalah hal yang sangat ambigu untuk mengekspresikan pendapat.

Yang paham begini mungkin cuma sastrawan dan dunianya. Dunia sastra memiliki bahasa dan rambu-rambu sendiri yang hanya dipahami sastrawan. Tapi saya bukan sastrawan loh ya...

Makanya pada karya-karya seperti tulisan Djenar Maesa Ayu yang sangat vulgar sekalipun, saya gak berani berkomentar. Karena gak paham. Kalau gak nyaman, gak harus saya baca. Gak perlu saya ikut campur sesuatu yang bukan keahlian saya.

Dua contoh lagu diatas juga seni. Dan bagaimana cara kita menikmati lagu itu? Kurang lebih kalau menurut saya hampir sama dengan cara kita menafsirkan puisi Sitor Situmorang yang hanya sebaris itu.

Menurut saya, pengarang sekalipun sebaiknya jangan membatasi pemahaman atas sebuah karya. Agar semakin luas karya itu dengan seribu tafsiran. Meluncurkan karya jangan dibumbui klarifikasi kalau maksud karyanya begini atau begitu. Nanti jadi sempit pemahamannya. Itu kalau saya.

Biarkan orang menikmati dan menafsirkan karya itu sesuka hati. Kadang ada yang pas dengan suasana hati. Kadang ada yang tidak. Jika kita membatasi karya, nanti karya itu hanya pas untuk orang-orang tertentu saja. Gak bisa dinikmati semua orang.

Ada yang ingat lukisan Jackson Pollock? Paul Jackson Pollock adalah seorang pelukis Amerika pelopor aliran abstrak ekspresionis. Dia adalah salah satu pelopor. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun