Ada kisah unik dibalik sajak super singkat yang hanya satu baris. Salah satu sajak Sitor Situmorang. Sastrawan senior Indonesia. Saya belum pernah membaca sajak sesingkat ini sebelumnya.
***
Malam Lebaran
Bulan di atas kuburan
***
Iya, serius. Sajaknya begitu. Judulnya Malam Lebaran. Dan isi sajaknya hanyalah kalimat "Bulan di atas kuburan." Katanya masuk buku antologi puisi berjudul "Dalam Sajak" yang terbit sekitar tahun 1955 M.
Tapi berhubung yang nulis adalah Sitor Situmorang, dan juga konon pernah dimuat di majalah Zenith pula, maka karya tersebut tetap tak lekang oleh waktu.Â
Karya singkat itu mungkin menjadi sangat menginspirasi, dan melahirkan banyak penafsiran. Menciptakan banyak interpretasi. Dan komentar yang beragam. Pembahasan tentang sajak itu jauh lebih panjang daripada sajak itu sendiri. Atau bahkan mungkin proses kreatifnya.
Saya menemukan tulisan dibawah ini di buku Proses Kreatif yang disusun oleh Pamusuk Eneste. Kisah bagaimana Sitor Situmorang bisa membuat sajak "misterius" seperti itu.
Menurut pengakuan Sitor, pada suatu sore di tahun 1954, beberapa hari setelah Lebaran, ia ingin berlebaran ke rumah Pramoedya Ananta Toer. Tetapi alangkah kecewanya Sitor karena rumah Pram kosong. Saat itu, hari pun sudah malam.
Selanjutnya, Sitor bertutur:
"Pulang dari daerah perkampungan tempat tinggalnya, yang berselokan-selokan mampet yang bau busuk, saya kesasar ke suatu tempat yang penuh pohon-pohon tua dan rimbun, serta dikelilingi tembok. Ada bulan. Karena kepingin tahu ada apa di balik tembok yang seperti tembok loji di Jawa itu, saya mendekatinya. Berdiri berjingkat, di atas seonggok batu di kaki tembok, saya berhasil melongok mencari tahu ada apa di balik tembok itu: ternyata pekuburan berisi berbagai ragam bentuk kuburan berwarna putih, tertimpa sinar bulan di sela-sela bayangan dedaunan pepohonan!"
"Pekuburan orang Eropa penuh
tanda salib! Saya terpesona, sejenak saja, mungkin hanya beberapa detik, mengamati tamasya itu! Bahkan terpukau seperti tersihir.
Saya lalu berpaling, turun dari anggokan batu. Rasa kecewa kini diharu biru oleh kesan bulan di atas kuburan."
"Kesan yang terumus dalam kata-kata secara spontan itu, terucap dalam hati berulang-ulang, terus-menerus memburu
ingatan.."