Mohon tunggu...
Muhammad Khoirul Wafa
Muhammad Khoirul Wafa Mohon Tunggu... Penulis - Santri, Penulis lepas

Santri dari Ma'had Aly Lirboyo lulus 2020 M. Berusaha menulis untuk mengubah diri menjadi lebih baik. Instagram @Rogerwafaa Twitter @rogerwafaa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sisi Lain Erwin Rommel, Si Rubah Gurun yang Menjunjung Perang Tanpa Benci

28 April 2020   05:17 Diperbarui: 28 April 2020   05:13 1800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SISI LAIN ERWIN ROMMEL, SI RUBAH GURUN YANG MENJUNJUNG PERANG TANPA BENCI

Salah satu figur paling menarik dalam episode perang dunia kedua mungkin adalah marsekal Erwin Rommel. Rommel sang Dessert Fox. Atau bahasa Jermannya Wstenfuchs (rubah gurun). Rommel si rubah gurun yang licin. Pribadi yang katanya suka menyendiri. Jenderal yang memimpin melalui intuisi. Tidak ragu mengambil risiko, meskipun agresif. Pahlawan yang dipuja, karena selalu tampil meraih kemenangan dengan kekuatannya yang lebih inferior. Entah karena memang cerdik, atau merupakan tokoh yang bersahaja dan mudah bergaul, dia disukai oleh para anak buahnya.

Dia ini gak segan untuk membantu mendorong sebuah mobil yang mogok di tengah medan perang. Padahal perwira lain agak menghindari hal begituan karena mungkin menjaga reputasi. Singkatnya Rommel begitu mudah bergaul.

Saya gak ingin membahas karir militernya. Atau bahkan fitnah keterlibatannya dalam plot 20 Juli. Itu terlalu "menyakitkan" untuk diceritakan. Rasanya bagi saya tak sebanding dengan sikap ksatria, jasa, dan nama besarnya. Kisah karir militernya sejak di palagan Polandia, atau saat mulai memimpin divisi panser ke V dalam Fall-Gelb sudah sangat terkenal. Banyak dikisahkan. Tapi saya coba menulis beberapa hal yang mungkin tak banyak orang tahu. Ini hanya beberapa. Masih banyak untold story tentang Rommel. Silahkan jika ingin menambahkan.

Rommel begitu menjujung tinggi nilai-nilai kstaria dalam peperangan. Dia ingin pertempuran yang adil dan fair. Jauh sekali dari kesan yang kita dapatkan, ketika membaca kisah pasukan khusus Waffen-SS. Konon setelah perang usai, Rommel ingin alih profesi sebagai insinyur hidrolik. Yang membangun pembangkit listrik tenaga air di seluruh Eropa. Ini mirip dengan Eisenhower. Setelah perang usai, Eisenhower juga punya program membangun negeri yang luar biasa. Setelah Eisenhower jadi presiden. Sayangnya nasib Rommel lebih malang. Dia dipaksa bunuh diri sebelum perang berakhir.

Salah satu watak Rommel mungkin adalah pribadi yang tidak sabaran. Tapi penuh perhitungan tentunya. Tidak seperti kawan seperjuangannya, Heinz Guderian. Yang karena wataknya yang suka buru-buru, meskipun jenius dan berpikir maju, tapi dipandang tidak cocok memimpin sebuah divisi besar. Guderian lebih cocok sebagai penyusun strategi. Sementara yang lain sebagai eksekutor di lapangan. Entahlah... Bagaimana menurut anda?

Sejarawan Martin Blumenson menulis tentang Rommel, "la menuntut banyak dari anak buahnya, tetapi ia juga menuntut banyak dari dirinya sendiri, Ia pekerja keras, pejuang keras, hidup sederhana, mudah bercakap-cakap dengan anak buah, dan mengabdikan diri pada istri dan anak lakinya."

Itu tercermin saat Rommel menerima perintah tidak masuk akal dari Berlin. Pengalaman militer mengharuskan dirinya dan pasukannya mundur, tapi atasannya melarang. Dia akhirnya tunduk. Mungkin menyadari karma karena dia juga sering menuntut anak buahnya dengan keras. Saat dia dituntut atasannya, walaupun dengan perintah tak logis, dia tetap menurut.

Saya ingat kisah yang dikutip PK. Ojong. Dalam sebuah ofensif, Rommel melihat ada sebuah kompi yang berhenti tanpa sebuah alasan yang nyata. Mengetahui hal itu, Rommel mengirim pesan dari pesawat, "kalau kau tidak segera meneruskan serangan, saya akan mendarat." Itu menunjukkan sisi pribadinya yang "menuntut banyak" pada anak buahnya.

Theodor Werner, salah satu kepala peleton di bawah Rommel, mengenang, "Waktu pertama kali saya melihatnya (pada 1915), dia tidak
tinggi, tampak seperti anak sekolah, dan bersemangat tinggi. Selalu ingin dan tidak sabar untuk melakukan sesuatu. Sejak semula, jiwa itu merembes pada seluruh resimen dalam berbagai cara yang kadang-kadang aneh, hampir tidak dimengerti bagi kebanyakan orang. Tetapi kemudian semakin besar, sampai akhirnya semua orang terinspirasi semangat yang timbul dari inisiatifnya, keberaniannya, dari perilaku terdidiknya yang mengagumkan anak buahnya, kepercayaan mereka kepadanya tidak kenal batas".

Kalau saya katakan, Rommel menginspirasi pasukannya dengan perilaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun