Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Bersyukur untuk Kesempatan "Hidup Kedua"

28 Januari 2024   14:36 Diperbarui: 28 Januari 2024   14:43 567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selain saat itu saya juga nggak paham apa yang sebenarnya terjadi, seingat saya waktu itu saya dan beberapa orang di pinggir sungai itu diselamatkan oleh warga sekitar yang melintas.

Seingat saya, waktu itu kita berempat atau berlima diantar ke Puskesmas terdekat untuk mendapatkan perawatan darurat dengan menggunakan mobil pick up bak terbuka yang kebetulan lewat.

Saya ingat betul, di bak belakang mobil pick up itu, tiga atau empat korban lainnya yang semuanya ada luka patah tulang dan luka robek di  tubuhnya adalah orang-orang dewasa, hanya saya yang anak-anak. 

Sedihnya saat itu, saya tidak melihat kedua orang tua saya maupun adik saya di antara korban-korban yang saya lihat.

Sesampainya di puskesmas saya diperiksa dokter sebentar terus dibawa keluar lagi sama perawat untuk diajak duduk-duduk di beranda, karena saya hanya mengalami luka kecil di bagian punggungan telapak kaki kiri saya. Sedangkan di dalam ruangan sudah berjubel para korban selamat dan petugas medis.

Waktu duduk di beranda Puskesmas itulah saya melihat banyak sekali korban yang meninggal, selain korban yang kehilangan kaki, tangan dan banyak lagi yang lainnya. Ngeri dan sepertinya nggak layak untuk saya diskripsikan secara detail di sini.

Baca Juga Yuk! Mulakan dengan Bismillah

Dari beranda Puskesmas itu saya mendengar dengan jelas rintihan kesakitan, teriakan  histeris dan juga untaian kalimat kesedihan yang menyayat hati.

Mungkin karena suasana beranda nggak kondusif, saya di ajak bapak-bapak berseragam Pemda entah beliau siapa, ke warung tenda di samping atau belakang Puskesmas. Beliau memesankan saya Soto atau Rawon dan teh hangat, seingat saya beliau sendiri yang menyuapi saya saat itu.

Waktu di suapi itulah saya melihat korban yang sepertinya bapak saya dari pakaiannya, sedang digendong oleh warga. Benar juga, ternyata bapak yang sedang tidak sadarkan diri saat itu mengalami patah kaki kanan, tangan kanan dan dahinya robek entah terkena apa.

Sampai saat itu, saya belum mengetahui nasib ibu dan adik saya yang duduk di bagian depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun