Mohon tunggu...
Kartika E.H.
Kartika E.H. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, kopi nashittel (panas pahit kentel) serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Bersyukur untuk Kesempatan "Hidup Kedua"

28 Januari 2024   14:36 Diperbarui: 28 Januari 2024   14:43 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa yang anda lakukan jika selamat dari sebuah kecelakaan maut selayaknya diberi kesempatan untuk hidup yang kedua kali!?

Siang itu di akhir tahun 80-an, saya, adik, bapak dan ibu, diantar teman sekantor bapak  ke terminal bus di kota kami di kaki Gunung Lawu seusai waktu shalat Ashar.

Kami berempat, rencananya mau pulang kampung ke kampungnya bapak, Mojokerto dan Malang dengan naik bis Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP). Kebetulan Paklik Joko, adiknya bapak cer, alias adik yang urutan lahirnya pas dibawah bapak yang sejak masih Bintara sampai perwira pertama terus bertugas di Timor-Timur, sedang pulang kampung.

Yaaaaah! Bapak ingin sekali melepas rindu dengan adik yang tidak hanya umurnya saja paling dekat dengan beliau, hanya dua tahun lebih muda saja, tapi juga secara emosi Pak Lik Joko yang sejak kecil memang selalu runtang-runtung berdua dengan bapak, juga yang paling plek alias sehati.

Baca Juga Yuk! Hati-hati, "God Eyes" Hidden Camera Tercanggih di Dunia Mengintai Kita di Mana-Mana!

Mungkin karena bukan akhir pekan, seingatku terminal bus siang menjelang sore saat itu terasa lengang saja. Jadi tanpa perlu berebut dengan penumpang lainnya, saat itu kami langsung dapat kursi tempat yang sayangnya saya lupa nama armada bisnya. Seingat saya, bis itu kata bapak merupakan raja jalanan!

Uniknya, bapak dan ibu saya sejak dulu selalu mempunyai selera tempat duduk yang berbeda jika naik bus jarak jauh. 

Jika bapak yang biasa kemana-mana nyetir sendiri, lebih bisa menikmati perjalanan naik bis umum jika duduk di belakang, kalau duduk di depan nggak bisa istirahat , serasa ikut nyetirnya sopir kata beliau.

Ibu beda lagi! Kalau naik angkutan umum, harus dapat tempat duduk didepan, karena selain tempat itu, ibu pasti mabuk.

Nah, karena itu juga akhirnya dalam keberangkatan kita saat itu duduk kami di dalam bis jadi terpisah, saya dengan bapak duduk di belakang, sedang ibu dengan adik laki-laki saya yang umurnya 1 tahun lebih muda dari saya duduk di kursi paling depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun