Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sekarang Saatnya "Berhaji Mabrur" Tanpa Harus ke Tanah Suci ala Ali Ibn Al Muwaffaq!

8 Juni 2021   20:20 Diperbarui: 8 Juni 2021   20:45 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN

Fakta Haji Indonesia

Pemerintah Indonesia, melalui menteri agama telah resmi memutuskan pembatalan pemberangkatan haji Indonesia 2021, pada 23 Syawal 1423 H atau Kamis, 3/6/2021. Artinya, pandemi covid-19 telah "memaksa" pemerintah Indonesia, dua kali musim haji beruturut-turut tidak bisa memberangkatkan jamaahnya ke tanah suci.

Fakta ini jelas menjadi kabar kurang mengenakkan bagi antrian panjang jamaah haji kita yang dikenal menjadi salah satu yang terlama di dunia. Dua tahun nihil pengurangan antrian, menjadikan antrian haji di Indonesia semakin bertambah panjang.  

Baca Juga :  Bertemu Bintang Sepakbola di Masjidil Haram                        

Menurut estimasi data waiting list dari Dirjen Penyelenggara Haji dan Umrah, Kemenag RI yang selalu up date, daftar tunggu haji terlama untuk tingkat Propinsi masih dipegang oleh Kalimantan Selatan, dengan estimasi waktu tunggu paling cepat 35 tahun. Sedangkan untuk tingkat Kabupaten, dipegang oleh duo kabupaten dari Sulawesi Selatan, Bantaeng dan Sidrap yang masing-masing mempunyai waktu tunggu 45 dan 44 tahun.

Sedangkan untuk daftar tunggu tercepat dipegang oleh beberapa kabupaten di kawasan propinsi Maluku, seperti Kab. Maluku Barat Daya, Kab. Buru Selatan, Kab. Maluku Tenggara Barat, Kab. Seram Bagian Barat yang mempunyai waktu tunggu 12 tahun.

Tetap Sabar & Berpikir Positif

Mencermati fakta antrian haji di Indonesia yang begitu panjang, plus fakta data usia rata-rata calon jemaah haji Indonesia yang tergolong cukup lanjut, antara 50-70 tahun, jelas termasuk golongan beresiko tinggi. 

Kedepan, sepertinya kita harus merubah pola pikir alias mindset kita yang selama ini mempunyai kecenderungan untuk memilih waktu berhaji setelah tua dengan berbagai sebab dan alasan. Belajar dari pembatalan pemberangkatan haji dua tahun berturut-turut karena pandemi covid-19, sudah sepatutnya kita merencanakan ibadah haji sesegera mungkin atau bahkan sedini mungkin, bagi kita dan orang-orang tercinta disekitar kita.

Baca Juga :  "Umur Kada Babau", Konsep Waktu ala Urang Banjar Inspirasi Berhaji Selagi Muda!

Sebagai motivasi untuk menyegarakan semua urusan ibadah, termasuk ibadah haji, sepertinya artikel "Umur Kada Babau", Konsep Waktu ala Urang Banjar Inspirasi Berhaji Selagi Muda!" cocok untuk mengisi waktu senggang anda semua, sekaligus untuk menambah referensi penambah keyakinan, betapa kuasanya Allah SWT atas diri kita dan seluruh alam semesta beserta isinya, apalagi terkait urusan haji dan berhaji.

Untuk saat ini, bagi calon jamaah haji yang termasuk dalam daftar tunggu dan juga masyarakat Indonesia lainnya yang ingin mendaftar haji, sepertinya tidak ada jalan lain selain tetap bersabar, berpikir positif dan terus berdoa memohon pertolongan Allah SWT agar semua hajat, termasuk untuk berhaji dikabulkan-Nya. Amin.

Tapi, jika anda semua tetap ingin "berhaji" disaat pemerintah Indonesia sudah menyatakan, pembatalan pemberangkatan haji ke tanah suci dinyatakan final, tidak ada salahnya kisah masyhur "haji mabrur"-nya Ali Al-Muwaffaq yang didapatkan tanpa harus berhaji ke tanah suci berikut ini, bisa bermanfaat menjadi setitik cahaya terang sekaligus inspirasi bagi anda, saya dan kita semua.

Berhaji Mabrur ala Al Muwaffaq

Kisah ini dituliskan oleh Abdurrahman Ahmad As-Sirbuny dalam buku karyanya "198 Kisah Haji Wali-Wali Allah". Dikisahkan, Abu 'Abdurrahman Abdullah ibn al Mubarak al Hanzhali al Marwazi (118-181 H/726-797 M) , seorang ulama ahli hadis yang zuhud dari Marwaz, Khurasan di ujung timur Laut Iran sekarang.

Selain dikenal sebagai ulama, beliau juga dikenal sebagai seorang pengusaha sukses di Mekkah yang selalu membagi-bagikan hasil keuntungan berdagangnya kepada murid-murid dan fakir miskin di seputaran Makkah. pada jamannya, memilih berhaji secara berselang-seling tiap tahunya.

Dalam hidupnya, beliau selalu mendambakan ibadah haji dan berjihad. Atas hikmah Allah SWT, beliau berkhidmat melakukannya secara berselisihan. Jika tahun ini beliau berhaji, maka tahun berikutnya beliau memilih berjihad di jalan Allah SWT dengan cara berdakwah. 

Baca Juga :  Ketika Orang Banjar Naik Haji

Pada suatu ketika, saat beliau beristirahat di salah satu serambi Masjidil Haram setelah selesai melaksanakan ritual ibadah haji, tiba-tiba rasa kantuk menyerang beliau dan tanpa beliau sadari akhirnya tertidur begitu pulas.

Di dalam tidur tidak sengajanya, beliau bermimpi mendengarkan dialog dua malaikat yang tidak jauh dari tempat beliau.

"Berapa orang yang tahun ini berangkat berhaji?" tanya malaikat pertama.

"Sekitar tujuh ratusan ribu jama'ah", jawab malaikat kedua.

"Masha Allah! Dari sekian banyaknya jamaah itu, berapa yang ibadah hajinya diterima ?" tanya malaikat pertama lagi.

"Tidak satupun"  jawab malaikat kedua.

Mendengar dialog dua malaikat tersebut, Abu 'Abdurrahman Abdullah ibn al Mubarak al Hanzhali al Marwazi langsung menangis dan sekujur badannya menjadi gemetar hebat. Dalam hati, beliau sangat bersedih. Seandainya ibadah hajinya dan juga para jamaah lain yang datang dari segala penjuru dunia telah sia-sia.

"Beruntungnya, ada seseorang yang ibadah hajinya justeru diterima, bahkan seluruh dosa-dosanya juga telah diampuni oleh Allah SWT, meskipun dia tidak bisa berangkat ke tanah suci. Luar biasanya, berkat orang ini juga, Allah SWT berkenan menerima ibadah haji orang-orang yang berhaji tahun ini" tambah malaikat pertama.

"Siapa orang itu, kenapa dia begitu istimewa?" tanya malaikat kedua.

"Ali Ibn Al-Muwaffaq tukang sepatu di Kota Damaskus"  jawab malaikat kedua.

Mendengar nama Ali Ibn Al-Muwaffaq disebut, tiba-tiba beliau terbangun dari tidurnya. Beliau duduk termenung, memikirkan semua yang dilihat dan didengarnya dalam mimpi. Akhirnya beliau bertekad akan menemui si tukang sepatu tersebut selepas ibadah hajinya kali ini tertunaikan.

Dengan rasa penasaran yang luar biasa, akhirnya Abu 'Abdurrahman Abdullah ibn al Mubarak al Hanzhali al Marwazi benar-benar pergi menuju Damaskus begitu selesai berhaji. Sesampai di Damaskus, beliau langsung mencari tukang sepatu yang namanya disebut-sebut malaikat dalam mimpinya dulu.

Akhirnya, di pinggiran Damaskus, beliau menemukan rumah sederhana satu-satunya tukang sepatu bernama  Ali Ibn Al-Muwaffaq. Dari sinilah, beliau semakin yakin bahwa mimpinya saat tertidur di serambi Masjidil Haram dulu bukanlah sekadar bunga tidur, tapi memang petunjuk dari Allah SWT.

Setelah saling mengenalkan diri, Ali Ibn Al-Muwaffaq langsung menangis terharu begitu menyadari sosok dihadapannya adalah seorang ulama termasyhur dari Makkah.

"Maaf, ada keperluan apa tuan sampai jauh-jauh mendatangi saya?" Dengan tidak karuan rasa, Ali Ibn Al-Muwaffaq berusaha pembicaraan.

Mendengra pertanyaan Ali Ibn Al-Muwaffaq, Abu 'Abdurrahman Abdullah ibn al Mubarak al Hanzhali al Marwazi jadi kebingungan menjawabnya. Bagaimana memulai menceritakan mimpi dan juga pertanyaanya!?.

"Maaf, amalan apa yang anda lakukan, sehingga Allah SWT berkenan memberi pahala haji mabrur, kepada anda dan juga seluruh jama'ah yang berhaji tahun ini? Padahal anda tidak bisa berangkat ke tanah suci!?" Tanya beliau kepada Ali Ibn Al-Muwaffaq.

"Dari mana anda tahu saya tidak jadi berangkat haji?" Tanya Ali Ibn Al-Muwaffaq.

Dari sinilah, akhirnya Abu 'Abdurrahman Abdullah ibn al Mubarak al Hanzhali al Marwazi menceritakan semua mimpimya saat tertidur di Masjidil Haram disaat menjalankan rangkaian ibadah haji, beberapa waktu sebelumnya.

Mendengar kisah sang ulama,  Ali Ibn Al-Muwaffaq terkejut bukan main, bahkan hampir saja jatuh pingsan karenanya. Beruntung Abu 'Abdurrahman Abdullah ibn al Mubarak al Hanzhali al Marwazi sigap menolongnya. 

Setelah berhasil menguasai emosi dan kesadarannya, Ali Ibn Al-Muwaffaq akhirnya menceritakan semua kisah hikmah yang dialaminya hingga tidak jadi naik haji ke tanah suci.

"40 tahun lamanya saya menabung. Setiap musim haji tiba, saya selalu rindu ingga menangis tersedu, jika  mendengar suara talbiyah, Labbaika Allahumma labbaika. Labbaika laa syariika laka labbaika. Innal hamda wanni'mata laka wal mulka. laa syariika laka"

"Karenanya, sejak saat itu saya selalu menabung dari sebagian penghasilan saya sambil terus berdoa, "Ya Allah hamba merinduMu ya Allah! Hamba merindu Makkah, Ka'bah. Ijinkan hamba datang, ijinkan ya Allah"

"Alhamdulillah, musim haji tahun ini, tabungan saya telah mencapai 350 dirham dan itu cukup untuk bekalku berhaji ke tanah suci! Tapi, sepertinya  Allah SWT tidak menghendaki saya berangkat ke tanah suci". Sambil matamya berkaca-kaca Ali Ibn Al-Muwaffaq menceritakan semuanya.

"Bagaimana ceritanya?" Tanya Abu 'Abdurrahman Abdullah ibn al Mubarak al Hanzhali al Marwazi.

"Saat itu, istri saya lagi hamil dan sedang mengidam. Suatu hari, dia mencium aroma masakan sup daging yang begitu nikmat entah dari mana asalnya. Saat itu, Istri saya meminta saya untuk mencari dan memintakan barang sedikit masakan sup daging itu kepada pemiliknya. Setalah saya cari, ternyata bau sup daging itu datang dari sebuah gubuk yang letaknya beberapa rumah dari tempat tinggal saya.

"Ternyata, gubug itu merupakan tempat tinggal seorang ibu janda tua dengan beberapa anak yatim piatu yang dipeliharanya. Setelah bertemu, dengan jujur saya katakan kepada ibu itu, kalau istri saya yang tengah hamil dan mengidam ingin merasakan masakan sup dagingnya, meskipun cuma sedikit". Anehnya, mendangar permohonan saya, ibu itu diam dan hanya memandang saja kearah saya, hingga saya mengulangi permohonan saya sampai beberapa kali.

"Maaf tidak boleh, Tuan!"  Jawab si janda itu tegas dan lugas, sungguh membuat saya terkejut bukan main.

"Maaf ibu, kalau begitu saya akan membeli berapapun ibu akan jual semangkuk kecil sup dagimg itu!" Jawab  saya sambil terus memohon kepada si ibu janda itu.

"Maaf tuan, makanan itu tidak dijual, semahal apapun tuan akan membeli"  kata si ibu janda itu sambil terisak, menangis tersedu-sedu, sehingga membuat saya jadi kebigungan.

"Memangnya kenapa ibu ?" Tanya saya lagi kepada ibu janda.

"Karena masakan itu haram untuk tuan, meskipun halal untuk kami " jawab si ibu janda tua.

"Kok bisa?" Tanya saya lagi, semakin penasaran.

"Maaf tuan, sudah beberapa hari ini kami tidak makan, karena tidak mempunyai persediaan makanan sama sekali. Pagi tadi, saya melihat bangkai keledai di pinggir jalan, lalu saya ambil dan saya masak dagingnya, hingga istri tuan mencium bau sedapnya" sambil terus menangis, ibu itu menceritakan semuanya kepada saya".

"Demi mendengar cerita janda tua tersebut, saya tidak tahan dan langsung pamit pulang. Sesampainya di rumah, saya langsung menceritakan semuanya kepada istri saya.  Mendengarnya, istri saya juga menangis berurai air mata dan langsung memasakkan makanan dari bahan-bahan paling baik dan paling enak yang saya punya untuk ibu dan anak-anaknya tersebut".

"Selain itu, saya juga memberikan uang 350 dirham bekal berhaji saya ke Baitullah kepada ibu tua itu untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari".

Demi mendengar detail kisah Ali Ibn Al-Muwaffaq tersebut, Abu 'Abdurrahman Abdullah ibn al Mubarak al Hanzhali al Marwazi-pun tak bisa membendung air matanya hingga menetes dan membasahi pipinya.

"Masha Allah! Subhan Allah! Engkau memang pantas mendapatkanya wahai Ali Ibn Al- Muwaffaq" Ucap  Abu 'Abdurrahman Abdullah ibn al Mubarak al Hanzhali al Marwazi sambil ikut terisak-isak, menyadari betapa kecil beliau dihadapan-Nya dan betapa besar hikmah yang telah Allah SWT berikan melalui mimpimya. Wallahu a'lam bish-shawab.

Semoga Bermanfaat!

Salam dari Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!

Selamat Idul Fitri 1442H | @kaekaha
Selamat Idul Fitri 1442H | @kaekaha

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun