Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sekarang Saatnya "Berhaji Mabrur" Tanpa Harus ke Tanah Suci ala Ali Ibn Al Muwaffaq!

8 Juni 2021   20:20 Diperbarui: 8 Juni 2021   20:45 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN

"Maaf ibu, kalau begitu saya akan membeli berapapun ibu akan jual semangkuk kecil sup dagimg itu!" Jawab  saya sambil terus memohon kepada si ibu janda itu.

"Maaf tuan, makanan itu tidak dijual, semahal apapun tuan akan membeli"  kata si ibu janda itu sambil terisak, menangis tersedu-sedu, sehingga membuat saya jadi kebigungan.

"Memangnya kenapa ibu ?" Tanya saya lagi kepada ibu janda.

"Karena masakan itu haram untuk tuan, meskipun halal untuk kami " jawab si ibu janda tua.

"Kok bisa?" Tanya saya lagi, semakin penasaran.

"Maaf tuan, sudah beberapa hari ini kami tidak makan, karena tidak mempunyai persediaan makanan sama sekali. Pagi tadi, saya melihat bangkai keledai di pinggir jalan, lalu saya ambil dan saya masak dagingnya, hingga istri tuan mencium bau sedapnya" sambil terus menangis, ibu itu menceritakan semuanya kepada saya".

"Demi mendengar cerita janda tua tersebut, saya tidak tahan dan langsung pamit pulang. Sesampainya di rumah, saya langsung menceritakan semuanya kepada istri saya.  Mendengarnya, istri saya juga menangis berurai air mata dan langsung memasakkan makanan dari bahan-bahan paling baik dan paling enak yang saya punya untuk ibu dan anak-anaknya tersebut".

"Selain itu, saya juga memberikan uang 350 dirham bekal berhaji saya ke Baitullah kepada ibu tua itu untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari".

Demi mendengar detail kisah Ali Ibn Al-Muwaffaq tersebut, Abu 'Abdurrahman Abdullah ibn al Mubarak al Hanzhali al Marwazi-pun tak bisa membendung air matanya hingga menetes dan membasahi pipinya.

"Masha Allah! Subhan Allah! Engkau memang pantas mendapatkanya wahai Ali Ibn Al- Muwaffaq" Ucap  Abu 'Abdurrahman Abdullah ibn al Mubarak al Hanzhali al Marwazi sambil ikut terisak-isak, menyadari betapa kecil beliau dihadapan-Nya dan betapa besar hikmah yang telah Allah SWT berikan melalui mimpimya. Wallahu a'lam bish-shawab.

Semoga Bermanfaat!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun