Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Membangun Ruang Publik Berbasis (Budaya) Sungai ala Kota Banjarmasin

30 September 2015   05:54 Diperbarui: 30 September 2015   12:20 1751
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Taman Maskot dengan latar belakang Sungai Martapura

(Sumber Gambar : Koleksi Pribadi)

BANJARMASINKOTA SERIBU SUNGAI”

Kota Banjarmasin, ibu kota Propinsi Kalimantan Selatan dikenal luas dengan julukan “Kota Seribu Sungai”. Salah satu kota perdagangan tertua di Pulau Kalimantan ini memang mempunyai alur sungai terbanyak di Indonesia bahkan mungkin dunia. Walaupun data riilnya tidak sampai seribu seperti julukannya, aliran sungai yang ada menjadikan lanskap kota Banjarmasin seperti sekumpulan pulau-pulau kecil di ujung Pulau Kalimantan bagian Selatan, jika dilihat dari udara. Unik!? Tunggu dulu! Ada lagi yang lebih unik. Tinggi rata-rata permukaan tanah di Kota Banjarmasin sekitar 60cm dibawah permukaan air laut. Hal ini menyebabkan sebagian besar wilayah daratan Kota Banjarmasin didominasi oleh lahan basah atau rawa-rawa dengan intensitas kedalaman yang berbeda-beda dan yang paling unik adalah arus dan arah aliran sungai tergantung oleh pasang surut air laut. Normalnya, aliran air sungai mengalir dari hulu menuju ke hilir, tapi di Banjarmasin bisa sebaliknya bila air laut pasang. Hal ini menyebabkan terjadinya intrusi air laut, sehingga air sungai dan rawa bisa berubah-ubah taste-nya tergantung waktunya. Terkadang pagi tawar, siang atau sore bisa berubah menjadi payau bahkan asin. Unik bukan?

Kondisi alam Kota Banjarmasin yang sangat khas inilah yang membentuk karakter budaya air/sungai melekat selama ber-abad-abad pada masyarakat Kota Banjarmasin. Budaya Sungai yang telah berurat dan berakar akhirnya menjadi identitas Kota Banjarmasin sampai sekarang. Sebagai identitas komunal masyarakat Kota Banjarmasin, budaya sungai memberi pengaruh yang sangat signifikan terhadap pola aktifitas sosial, ekonomi, seni dan budaya masyarakatnya. Jadi bisa dibilang, sungai adalah urat nadi kehidupan masyarakat Kota Banjarmasin, setidaknya sampai dua dekade silam.

Sebagai buktinya, hampir semua sarana dan prasaran publik maupun pribadi dibangun di sekitar sungai dengan menghadap ke sungai, mulai rumah tinggal pribadi, sekolah, perkantoran pemerintah, militer, sarana ibadah, pasar, bahkan pelabuhan Tri Sakti yang merupakan pintu masuk orang dan barang ke Pulau Kalimantan juga dibangun di tepi sungai bukan di tepi laut layaknya pelabuhan besar lainnya di Indonesia dan yang paling menarik adalah keberadaan dua pasar tradisonal yang menjadi icon pariwisata Kota Banjarmasin yang begitu masyur seantero dunia, “pasar terapung” di daerah Kuin dan Lok Baintan lokasinya bukan di daratan layaknya pasar-pasar umumnya, tapi mengapung diatas aliran sungai.

REALITAS RUANG PUBLIK DI KOTA BANJARMASIN

Kota Banjarmasin dengan luas (hanya) sekitar 98 km2 atau ¼ dari luas saudara mudanya Kota Banjarbaru atau 1/8 luas Kota Jakarta, merupakan Ibu Kota Propinsi dengan luas terkecil di Pulau Kalimantan. Coba bandingkan dengan luas Kota Palangkaraya, ibu kota Propinsi Kalimantan Tengah yang diwacanakan menjadi Ibu Kota Negara Indonesia yang mencapai 2.400 km2. Tetapi kepadatan penduduk Kota Banjarmasin, merupakan yang tertinggi diantara Ibu Kota propinsi lainnya di Pulau Kalimantan. Menurut data BPS tahun 2013, kepadatan penduduk di Kota Banjarmasin mendekati angka 7000jiwa/km2. Coba bandingkan dengan Kota Samarinda yang hanya 1.122 jiwa/km2 atau Kota Palangkaraya yang hanya 102 jiwa/km2.

Mencermati data diatas, angka kepadatan penduduk Kota Banjarmasin yang mencapai 7000 jiwa/km2 jelas jauh dari angka ideal yang seharusnya (maksimal) 1000 jiwa/km2 atau 40 jiwa/ha. Kota Banjarmasin sudah overcapacity dan bisa dibilang sangat tidak layak huni. Ketidakseimbangan antara ketersediaan ruang dan populasi penduduk Kota Banjarmasin ini tentu akan membawa dampak yang tidak sehat bagi perkembangan sosiopsikis masyarakat Kota Banjarmasin yang multietnis dan bila tidak dikelola dengan tepat tentu akan menimbulkan banyak permasalahan sosial di kemudian hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun